The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Someone's Crying, Someone's Smiling

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

ekspresi-peserta-ketika-menjalani-khitan-di-di-ruang-laboratorium-unair-kampus-banyuwangi-pagi-kemarin

101 Anak Duafa Jalani Khitan Gratis

BANYUWANGI – Airlangga University laboratory room (Unair) Kampus Banyuwangi tampak riuh pagi kemarin. Dengan didampingi orang tuanya, anak-anak kaum duafa banyak yang meringis kesakitan saat mengikuti khitan gratis.

Tidak semua menangis, ada juga anak yang tersenyum lebar saat proses khitan berlangsung. Khitan untuk duafa kali ini merupakan acara bakti sosial (baksos) dari Program di Luar Domisili (PDD) Unair Banyuwangi dengan menggandeng pihak Fakultas Kedokteran Unair Surabaya, public health Office (Health Office) Banyuwangi, Indonesian Doctors Association (WAS) Banyuwangi, dan Baznas Banyuwangi.

Total ada sekitar 101 anak Duafa dari seluruh kecamatan di Banyuwangi yang mengikuti khitan gratis itu. Prof. Dr. Suryanto MSi, koordinator PDD Unair Banyuwangi, mengatakan khitan duafa itu merupakan salah satu rangkaian Dies Natalis Unair yang ke-62.

Selain khitan duafa, ada juga kegiatan simposium, kuliah umum tentang kedokteran olahraga, kuliah umum tentang kesehatan mental yang diikuti guru, student, and guardians, serta kegiatan lain. ”Total ada 22 kegiatan Dies Natalis, salah satunya khitan duafa,” kata Suryanto.

Khusus untuk khitan duafa ini memang sengaja diberikan untuk lebih menegaskan bahwa Unair Banyuwangi hadir bukan hanya untuk mengembangkan nilai akademik saja. But, Unair juga hadir dalam peran-serta membantu sesama yang memang sedang membutuhkan.

”Ini dharma bakti kita kepada masyarakat, khususnya yang ada di Banyuwangi. Mudah-mudahan bermanfaat,” he added. Kepala Dinkes Banyuwangi, dr. Widji Lestariono says, dari sisi kesehatan, khitan merupakan hal sangat positif untuk menghindarkan manusia dari serangan kanker penis.

Jika tidak dikhitan, ditakutkan kotoran yang ada di dalam ujung kulit penis akan semakin menggumpal dan itu bisa memicu timbulnya penyakit. ”Kalau sudah dikhitan, tidak ada lagi kotoran yang menggumpal di ujung kulit penis, tentunya ini baik untuk kesehatan,” ujar Rio—sapaan akrab- nya—didampingi Ketua IDI Banyuwangi, dr. Yos Herman.

Rio menambahkan, 101 anak duafa ini merupakan anak-anak yang dipilih oleh Dinkes Banyuwangi melalui 45 Puskesmas yang ada di Banyuwangi. Jauh-jauh hari sebelumnya, pihak Puskesmas sudah blusukan ke berbagai kampung untuk mencari kaum duafa yang sudah waktunya dikhitan.

”Awal kami kesulitan mencari peserta, tapi setelah kami beri tahu bahwa yang khitan dapat bingkisan dan uang saku dari Baznas Banyuwangi langsung banyak yang ikut khitan ini. Yes, namanya juga anak-anak,” tandasnya lantas terkekeh.

Hadiah memang bisa menjadi pelecut semangat anak agar mau untuk dikhitan. Hal ini juga dirasakan oleh salah satu orang tua anak yang dikhitan yakni Agus Arifin. Pria asal Lingkungan Kebun Jeruk, Kelurahan Lateng ini sangat kaget saat anaknya sendiri yang meminta dikhitan di waktu pihak Puskesmas datang ke sekolahnya.

”Saya sudah dua kali gagal mengkhitan anak saya karena tiba-tiba dia membatalkan niatnya saat akan dikhitan, Tapi alhamdulillah dalam kegiatan ini dia yang meminta sendiri, tapi syaratnya harus dibelikan barong kucing- kucingan,” ujar ayah Gusti Tirta Darmawangsa itu.

Chairman of the Banyuwangi Baznas Commissioner, Samsudin Adlawi, mengatakan pihaknya mengucapkan terima kasih kepada PDD Unair Banyuwangi yang telah mengajak Baznas menggelar acara baksos khitanan anak duafa. Previously, Baznas bersama IDI Banyuwangi sudah tiga kali menggelar acara yang sama di tiga kecamatan di Banyuwangi.

”Alhamdulillah sambutan masyarakat miskin sangat baik, mereka merasa terbantu dalam mengkhitankan anaknya. Sama dengan di tiga kecamatan sebelumnya, Baznas juga membantu setiap peserta khitan di Unair Banyuwangi ini berupa satu paket berisi perlengkapan songkok, baju takwa, sarung dan sandal baru senilai Rp 300 ribu ditambah uang saku Rp 200 per person,” ujar Direktur Jawa Pos Radar Banyuwangi itu.

If totaled, bantuan dari Baznas Banyuwangi kepada anak duafa yang dikhitan inisekitar Rp 50 million. Meski sebelumnya banyak anak yang menangis histeris karena kesakitan saat dikhitan, namun hal itu langsung berubah menjadi senyuman lebar saat proses khitan selesai dan bingkisan dan uang saku ada di tangan anak-anak tersebut.

”Sangat terbantu sekali, sudah khitannya gratis anak kami juga malah mendapatkan bingkisan gratis. Thank You,” ujar Suhadi, 35, salah satu orang tua lain dari Dusun Sembulung, Cluring. (radar)