The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Aksi Way Art Community Kumpulkan 100 Ribu Puntung Rokok

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

sindirTanpa Kata, Sindir Pembuang Sampah Sembarangan Banyak cara dilakukan untuk mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan.Seperti gerakan menyisir otes (puntung rokok) yang dilakukan komunitas Way Art Community (WAC) This Banyuwangi. SUHU udara terasa begitu panas di kawasan depan kantor Pemkab Banyuwangi Sabtu tengah hari lalu (2/11). Banyaknya warga yang berkerumun di tepi jalan yang dijadikan lokasi start dan fi nish balap sepeda bertaraf internasional, yakni Banyuwangi Tour de Ijen (BTDI) 2013, semakin menambah panas suasana siang itu.

It's not quite there yet, aroma persaingan antar-pembalap pun seolah membuat suhu panas tersebut semakin “membara”. Di tengah kondisi cuaca yang cu kup “menyiksa” siang itu, tiga pe muda tampak asyik berjalan ka ki menyusuri tepi jalan. Sesekali tu buh me reka membungkuk untuk meng ambil sesuatu yang tercecer di se kitar lokasi tersebut. After being approached, satu di antara tiga pemuda, itu ternyata memasang kertas bertuliskan “Gerakan 100.000 Otes (Puntung Rokok)” di bajunya.

Bermodal penjepit kue, mereka memungut satu per satu puntung rokok yang berceceran di lokasi tersebut. The irony, “sindiran halus” itu tidak membuat para perokok risi. Mereka tetap saja membuang otes sembarangan Tiga pemuda yang sibuk memungut puntung rokok tersebut tidak menasihati warga yang membuang puntung rokok sembarangan. Tanpa banyak kata, aktivis yang tergabung dalam Way Art Community (Komunitas Senin Jalanan), itu tetap memungut satu per satu sampah berupa puntung rokok tersebut.

“Masyarakat kami bebaskan untuk mengartikan gerakan kami ini. Kalau ada warga yang membuang puntung rokok sembarangan, tidak perlu kami nasihati. Yang penting puntung rokoknya kami ambil. Biar masyarakat sendiri yang mengartikan gerakan kami ini,” ujar koordinator Way Art Community (WAC), Achmad Hendri Birendra. Pemuda yang karib disapa Mocez itu mengatakan, meskipun kecil dan terlihat sepele, puntung rokok bisa menimbulkan ekses buruk terhadap kesehatan warga dan lingkungan sekitar.

Sebab selain sisa mengandung racun yang berbahaya bagi kesehatan, gabus pada puntung rokok tidak bisa terurai secara alami. “Otes adalah sampah yang terabaikan. Karena ukurannya yang kecil, otes sering dibuang seenaknya oleh masyarakat. Padahal walaupun kecil, efek negatif puntung rokok tersebut cukup besar,” kata mahasiswa Universitas 17 August 1945 (Untag) That Banyuwangi. Mocez dengan gentle mengakui, dirinya dan beberapa anggota WAC merupakan perokok.

Because of that, sebagai perokok, mereka ingin mengajak para perokok lain untuk tidak membuang otes sembarangan. “Selama ini orang menganggap enteng otes. Contohnya setelah makan nasi bungkus, bungkus nasi tersebut dibuang di tempat sampah. Setelah itu dia merokok. Dear, otesnya tidak dibuang di tempat sampah seperti bungkus nasi tadi, tetapi otes tersebut dibuang seenaknya saja,"He regretted. Menurut Mocez, otes yang telah berhasil dikumpulkan, itu nantinya akan dimanfaatkan sebagai bahan baku karya seni.

Even, WAC berencana tahun depan akan memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan membuat karya seni berukuran besar dengan bahan baku otes. Meanwhile, usai menggelar aksi memungut otes pada pembukaan BTDI Sabtu lalu, anggota WAC kembali menggelar aksi serupa kemarin (3/11). Dalam aksi kali ini, komunitas tersebut menggandeng komunitas Gerakan Pemuda Peduli Pariwisata dan Seni Budaya (GP3S) untuk mengumpulkan puntung rokok dalam rangka gerakan 100.000 otes di kawasan Terminal Brawijaya, Banyuwangi.

Jumlah personel yang terlibat dalam pengumpulan otes kali ini berjumlah delapan orang. Unique again, dalam aksi lanjutan kemarin, seluruh peserta gerakan 100.000 puntung rokok tersebut menghias wajah dengan dandanan mencolok. Mereka juga kompak mengenakan udeng khas Banyuwangi di kepala masing-masing. “Mungkin ini gerakan kebersihan,” celetuk seorang calon penumpang bus yang tengah berada di Terminal Brawijaya.

On the other hand, Mocez mengungkapkan tercetusnya ide membentuk WAC dilatarbelakangi keprihatinan semakin banyaknya kaum muda yang apatis terhadap lingkungan sekitar. Especially, saat ini makin banyak pemuda yang kehilangan jati diri lantaran ikut terjangkit virus alay (istilah untuk menggambarkan orang yang suka berlebihan, Red). It says, komitmen pembentukan WAC dilakukan 27 Oktober yang lalu. To date, anggota WAC telah mencapai 30-an orang dengan berbagai macam latar belakang.

Ada yang berstatus mahasiswa, students, artist, anak jalanan, komunitas film indie, and others. “Rencananya WAC kami deklarasikan bertepatan dengan peringatan hari Pahlawan tanggal 10 next November," he said. Koordinator GP3S, Daniel Eff endi menambahkan, pihaknya ikut terjun ke lapangan untuk men-support gerakan yang dilakukan WAC. Even, GP3S, WAC, dan sejumlah komunitas lain telah berencana menggelar penggalangan dana masal pada 7 next November.

Dana yang terkumpul selanjutnya akan diserahkan kepada warga Desa Kampunganyar, Glagah District. “Dana tersebut kami berikan kepada warga Kampunganyar untuk dijadikan biaya pengembangan desa wisata," he said. Explained, di Desa Kampunganyar terdapat air terjun yang sangat memesona, yakni air terjun Jagir. Nah, air terjun tersebut bisa dijadikan salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke Desa Kampunganyar. “Kami ingin mengambangkan desa wisata Kampunganyar tanpa campur tangan investor.

Biarlah masyarakat setempat menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri. Kalau ada investor yang masuk dan mendirikan hotel, for example, paling-paling masyarakat sekitar dipekerjakan sebagai satpam atau offi ce boy. Tetapi kalau rumah-rumah warga disulap jadi home stay wisatawan, tentu ceritanya akan lain. Masyarakat sekitar lebih diuntungkan. Kami akan membantu warga merombak rumah warga menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan unsur lokalistik. Anggota komunitas kami banyak yang memiliki kemampuan mumpuni di bidang itu," he concluded. (radar)