The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Beginning of the year 2020, Banyuwangi Returns to Exporting Unagi to Japan

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

BANYUWANGI – Processed eel fish products (Anguiliformes) Banyuwangi is again exported to various countries, salah satunya Jepang.

Reported from banyuwangikab.go.id, Banyuwangi selama ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil ikan sidat terbaik di Indonesia. Di Jepang, sidat lebih banyak dikenal dengan sebutan unagi.

Ekspor tersebut diberangkatkan Dirjen Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Agus Suherman, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Perdana, dan Bupati Abdullah Azwar Anas dari pabrik PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk, Banyuwangi, Monday (13/01/2019).

Dengan sejumlah produk olahan ikan lainnya, total nilai produk yang diekspor hari ini Rp 13 billion.

Selamat atas ekspor perdana 2020. Banyuwangi adalah daerah pembudidaya sidat terbesar di Indonesia. Semoga ke depan bisa terus tumbuh semakin besar,” kata Agus Suherman.

It says, sidat merupakan jenis ikan yang istimewa, karena tidak bisa hidup di sembarang tempat. Tapi di Banyuwangi justru berkembang dengan baik, dan bahkan menjadi komoditas ekspor.

JAPFA sudah rutin mengekspor sidat ke Jepang dan berbagai negara lainnya. Ini berarti perairan di Banyuwangi memang menjadi ekosistem yang baik untuk perkembangan Sidat,” said Agus.

Banyuwangi dikenal sebagai daerah penghasil sidat kualitas terbaik di Indonesia. Bahkan Banyuwangi dijadikan pilot project taman tecnologi (technopark) pelatihan budidaya sidat dan sebagai inkubator sidat pertama di Indonesia oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak 2014.

Banyuwangi dijadikan pusat pengembangan sidat karena air bakunya berkualitas. Kementerian pernah mengadakan riset, bahwa per 25 miligram sampel air di Banyuwangi hanya mengandung 10 ribu koloni bakteri. Angka itu jauh lebih kecil dibanding daerah lainnya yang bisa mencapai ratusan ribu koloni bakteri.

Agus said, sidat menjadi primadona di sejumlah negara karena kandungan protein dan gizinya yang tinggi yang tidak dimiliki jenis ikan yang lain.

Bupati Anas menyampaikan kegembiraannya bahwa di tengah ancaman perlambatan ekspor, Banyuwangi masih getol mengekspor sejumlah komoditas, mulai kopi, chocolate, beras organik, hingga olahan ikan termasuk sidat.

Ini membuktikan produk Banyuwangi berkualitas ekspor,” said Regent Anas.

Bupati Anas juga bersyukur karena sidat kini dikembangkan banyak pembudidaya rakyat, tidak hanya digarap oleh korporasi.

Beberapa tahun lalu, hanya korporasi yang mengembangkan sidat di Banyuwangi. However, melihat potensinya, kini kelompok pembudidaya ikan rakyat mulai tertarik mengembangkannya.

Semoga bisa terus berkembang, menjadi instrument untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” said Regent Anas.

Head of Aquaculture Division JAPFA, Ardi Budiono, say, berbagai produk olahan perikanan JAPFA Banyuwangi telah dipasarkan ke berbagai negara di benua Amerika, Europe, Africa, and Asia.

Khusus untuk sidat, Banyuwangi dipilih menjadi basis pengembangan karena ekosistem perairannya yang sangat mendukung.

Pengembangan sidat sangat tergantung pada kualitas lingkungan, mengingat benihnya hanya bisa dikembangkan secara alami, termasuk proses restocking-nya. Jadi kalau sidat Banyuwangi yang terbesar, ini menunjukkan kualitas air sekitarnya terjaga,” ujar Ardi.