SIANG itu Katimin terlihat duduk di kursi yang ada di depan rumah milik orang tuanya di Dusun Sumberjati, Grajagan village, Purwoharjo District. Dan itu yang bisa dilakukan oleh pria berumur 41 that year, karena mengalami lumpuh sejak lima tahun lalu.
Katimin seolah hanya bisa pasrah. Dia juga tidak tahu apa yang harus di kerjakan untuk menghidupi istri dan anak semata wayangnya. Rumahnya di Desa Ringin Pitu, Tegaldlimo . District, sudah dijual untuk biaya pengobatan. Untuk hari-hari ini Katimin tinggal di rumah orang tuanya yang sederhana di Dusun Sumberjati, RT 3, RW 2, Grajagan village, Purwoharjo District.
“Saya di sini (rumah orang tua) sudah empat tahun,He said. Katimin mengaku selama berada di rumah orang tuanya, tidak bisa bekerja atau gerak bebas. everyday, yang bisa dilakukan hanya duduk di teras rumah dan tiduran. “Berdiri tidak bisa, harus dibantu," he said.
Dengan suara lirih Katimin membeberkan kelumpuhan yang menimpanya itu mulai tahun 2011. At that time, dirinya yang bekerja sebagai kuli bangunan di rumah tetangga Desa Ringin Pitu, Kecamatan Tegaldlimo tersengat listrik. “Saat tersengat listrik itu langsung lemas dan ambruk," he explained.
Sejak tersengat listrik itu, tubuhnya tidak bisa digerakkan. Berbagai cara di lakukan untuk pengobatan, mulai medis hingga orang pintar. But, tetap saja tidak sembuh. In fact, mulai dada hingga kaki mengalami kelumpuhan. “Untuk pengobatan, rumah dan isinya habis dijual, sawah seluas 1/8 hektare juga habis dijual,” terang Katimin sambil mengenalkan istrinya, Ika Setiowati, 38, dan putrinya Revi Ayu Ariska, 9, yang masih kelas III SD.
Meski semua hartanya sudah habis, Katimin masih berupaya untuk pengobatan. Especially, dari keterangan dokter yang memeriksanya kemungkinan sembuh itu masih ada. “Pak dokter bilang ada saraf yang terjepit, sehingga harus dioperasi, tapi saya sudah tidak punya uang lagi," he said.
Di sela-sela ngobrol bareng, Katimin yang duduk di kursi minta waktu untuk makan. Untuk makan itu, istrinya terlihat melayani dengan sabar. Sedang Katimin, tetap duduk di kursi teras rumah orang tuanya. Selama Katimin lumpuh, Ika Setiowati harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. But, juga tidak bisa berlama-lama di luar karena harus melayani suaminya.
“Sejak suami saya tidak bisa bekerja, saya menjadi pembantu rumah tangga dan buruh mencuci pakaian secara keliling, kadang juga dipanggil oleh tetangga untuk membantu," he said. Ika mengaku keluarganya masih terus berjuang untuk tetap hidup dan pasrah.
“Saya ingin anak saya cerdas dan bisa sekolah sampai tinggi, kemudian suami saya bisa dibantu agar bisa sembuh," he concluded.(radar)
