The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Kekurangan Air, Tanaman Cabai Rusak

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

SINGOJURUH – Akibat minimnya ketersedian air irigasi, tanaman cabai merah di Desa Lemahbang Kulon, Singojuruh District, Banyuwangi Regency, rusak dengan daun meranggas dan cabainya kering berubah warna menjadi coklat.

Salah satu petani cabai, Isaac, 60, asal Desa Lemahbang Kulon, Singojuruh District, mengatakan tanaman cabai merah miliknya kini mulai mengering dan rusak. Itu karena minimnya suplai air irigasi. “Kalau masih sering disiram, kemungkinan tidak meranggas dan kering seperti ini,” he said

Menurut Iskak, tanaman cabai yang kering dan meranggas itu hasil produksi menjadi turun. Tanaman cabai rawit seluas satu bau, bila kondisi normal bisa panen delapan hingga sepuluh ton, dan itu bisa dipanen hingga lebih dari 13 kali. “Kalau sudah kering seperti ini bisa kurang dari delapan ton,” clear

Fortunately, light him, saat ini harga cabai merah masih relatif stabil, yakni berada di kisaran Rp 10 thousand per kilogram. Jika harga cabai ikut-ikutan hancur, maka hasil panennya akan hancur pula.

Jika harganya di bawah Rp 8000 per kilogram, kita bisa rugi besar. Biaya produksi tanaman cabai sangat tinggi,” he said.

Petani cabai lainnya, Martini, 50, juga mengalami hal yang sama. In fact, tanaman cabainya sudah banyak yang mati dan dibabati. “Sekarang sudah saya babad,” ujar perempuan paro baya itu.

Martini menyebut meski pernah gagal panen, tapi kini kembali menanam cabai di lahan seluas seperempat hectare. Untuk suplai air, dia selalu menyiram. “Sekarang saya tanam cabai rawit, ini umurnya baru satu minggu lebih, jadi suplai air harus terus diperhatikan,” he said.