The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Kerajinan Miniatur Kapal dari Limbah

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Kelompok-masyarakat-Dusun-Grajagan-Pantai,-Village-Grajagan,-District-Purwoharjo,-membuat-kerajinan-miniatur-kapal.

PURWOHARJO – Kelompok pemuda dan masyarakat nelayan di Dusun Grajagan Pantai, Grajagan village, Purwoharjo District, kini mulai menekuni usaha kerajinan miniatur kapal. Kerajinan itu dibuat dari limbah busa kulkas dan potongan busa papan selancar.

Miniatur kapal nelayan yang banyak dibuat adalah kapal jenis ijo-ijo, slerek, dan sekoci. Usaha yang ditekuni para pemuda dan nelayan itu awalnya hanya iseng membuat mainan untuk anak-anaknya dengan bahan baku sandal jepit.

Next, para pemuda mengembangkan pembuatan kerajinan kapal nelayan itu menggunakan limbah busa papan selancar yang banyak terbuang sia-sia. Besides that, juga dari busa bekas lemari es. “Menggunakan kayu lebih rumit, lama, and weight,” ujar Supriyadi, 48, salah seorang perajin.

Menggunakan bahan baku limbah busa papan selancar dan kulkas dinilai lebih efisien dan ringan. Caranya tidak terlalu sulit. Busa padat dengan tebal 10 centimeter dipotong tipis-tipis ukuran satu centimeter dengan panjang menyesuaikan ukuran kapal yang akan dibuat.

Next, busa yang telah diiris tipis itu disusun dan disatukan menggunakan lem Fox hingga bentuknya menyerupai kapal. Jika bentuk kapal sudah jadi, barulah permukaan busa dilapisi polamir yang terbuat dari campuran bahan semen putih, calcium, dan lem putih. Agar permukaan lebih rata dan mengkilat saat dicat, permukaan kapal harus diampelas.

“Membuat satu kapal butuh waktu sekitar sepuluh hari,” jelas Nikolas, 34, perajin lain. Agar miniatur kapal menyerupai bentuk aslinya dan terlihat lebih menarik, para perajin menambahkan aksesori, seperti mesin kapal, jaring, dan lampu warna-warni.

“Sementara ini kita masih membuat hiasan di rumah sendiri, belum produksi masal," he explained. Membuat miniatur kapal itu menghabiskan biaya antara Rp 250 thousand to Rp 1 million, tergantung ukuran dan jenis kapal yang akan dibuat.

Miniatur kapal dari limbah busa itu dinilai lebih efektif. Selain tahan air, tidak berkarat, juga anti jamur. Bahan busa juga lebih awet dan tahan lama jika digunakan untuk hiasan di rumah. “Pokoknya jangan disiram bensin dan kena api,” cetus Eko Iswandi, 43, other citizens.

Untuk mengembangkan kerajinan miniatur kapal nelayan itu, para pemuda itu masih terbentur permodalan, dan sulitnya mendapatkan bahan baku limbah busa kulkas dan papan selancar. Especially, kini papan selancar yang patah diterjang ombak masih diambil untuk diperbaiki kembali, tidak dibuang seperti dulu.

“Sebetulnya kami ingin mengembangkan dan produksi masal, tapi modal dan biayanya tidak ada," he concluded. (radar)