The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Tanaman Mangrove Terbesar se-Asia di Baluran

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

SETELAH mengunjungi Pantai Kelor, tim ekspedisi Jawa Pos Radar Banyuwangi yang didukung Toyota Auto 2000 Banyuwangi
sebenarnya berniat berjalan kaki ke arah selatan menuju pantai lain di luar kawasan Taman Nasional Baluran. But, niat itu kami urungkan setelah kita keluar dari Pantai Kelor.

Tidak jauh dari pintu masuk menuju Pantai Kelor, atau tepatnya di timur fasilitas kamar mandi Pantai Bama, kami melihat jalan setapak menuju ke arah hutan. Rasa penasaran pun muncul. Ada jalan, pasti ada tujuan. Itu yang ada di benak kami. Tim jelajah memutuskan menuju jalan tersebut untuk mengobati rasa penasaran.

Kondisi jalan yang kita lewati hampir sama seperti saat kita akan menuju Pantai Kelor. Jalan kecil yang teduh karena banyak ditutup pohon-pohon besar di kedua sisi jalan yang kami lewati. Panas yang menyengat pun hilang seketika, karena sinar matahari tertutup oleh daun-daun dan ranting pohon besar.

Terhindar dari panas, kita malah tidak terhindarkan oleh nyamuk yang menyerang tubuh anggota tim ekspedisi. Nyamuk yang hinggap di tubuh kami juga ukurannya boleh dibilang sangat jumbo. Namanya juga di hutan, hewan sekecil nyamuk pun tidak bisa kita samakan seperti nyamuk yang biasa ada di rumah.

”Gigitan nyamuknya lumayan bikin tubuh gatal,” kata Pemimpin Redaksi Jawa Pos Radar Banyuwangi, Bayu Saksono. Pohon yang tumbang menutupi jalan juga lebih banyak di sini dibandingkan dengan jalan menuju Pantai Kelor. Kami pun tidak segan melompati pohon yang tumbang menutupi jalan.

Agak sulit memang, karena pohon-pohon yang tumbang ukurannya sangat besar. Bukan halangan besar tampaknya, rintangan itu hanya rintangan-rintangan kecil yang hanya sedikit menghambat perjalanan kami. After 15 menit berjalan kaki, di tengah perjalanan itu kami melihat pohon yang sangat besar.

Memang banyak pohon besar di sana. It turns out, pohon itu adalah sebuah mangrove yang informasinya sudah hidup selama ratusan tahun di sana. In terms of size, baru kali ini kita menemukan tanaman mangrove yang sangat besar seperti itu. Pada pohon tersebut juga sudah ada nama dari mangrove tersebut, jenis ini adalah mangrove karipada yang populer dengan nama latin Sonneratia alba.

Tulisan identifikasi tulisan tersebut juga tertera kalau pohon mangrove tersebut terbesar se-Asia. Karena kita tidak membawa alat ukur, tim mencoba untuk mengukur diameter pohon tersebut dengan rentangan tangan. Tim ekspedisi jelajah yang berjumlah lima orang ternyata tidak cukup untuk memeluk batang pohon mangrove terbesar itu.

Dari pelukan kita berlima, mangrove itu hanya berhasil kami peluk sekitar separonya. Berarti masih butuh sekitar lima orang lagi untuk memeluk batang tanaman mangrove tersebut. Memang besar. Sayangnya pohon tersebut sepertinya sudah hampir mati. Ranting-ranting pohon juga sudah terlihat mengering.

Daun dari mangrove juga tampak mulai gundul. Sangat disayangkan juga kalau seandainya pohon itu nanti akan benar-benar mati. Automatic, klaim mangrove terbesar se-Asia akan hilang bila tanaman itu mati. Puas melihat lihat tanaman mangrove terbesar, dokumentasi juga kami lakukan.

Setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan ke arah timur untuk menuju arah pantai. Hampir mendekati pantai, semakin banyak tanaman mangrove yang tumbuh lebat. But this time, ukurannya mangrove tidak ada yang sebesar seperti pohon raksasa yang kami lihat sebelumnya.

Di tengah hutan mangrove, kami mendapati mangrove trek berupa jembatan panjang yang berliku melintasi hutan mangrove. Sungguh sangat indah saat kita melewati trek kayu itu. Pada sisi kanan kiri trek juga tumbuh mangrove yang sangat lebat. Ini menjadi daya tarik tersendiri saat kita melewati dermaga ini.

Di ujung trek sepanjang kurang lebih 50 meter kita bisa melihat pantai yang sangat luas. Tentunya tanaman mangrove di sekeliling pantai juga tumbuh sangat lebat. Burung-burung dan monyet banyak juga terdapat di sana. Sungguh pemandangan yang sangat luar biasa.

Turis mancanegara pun banyak yang berkunjung ke dermaga tersebut. “Tempat ini sangat menarik. Saya sengaja datang ke sini dengan bersepeda motor dari Bali lewat rute utara Singaraja,” ujar Shawn, 35, pengunjung dari Melbourne, Australia Sementara itu, ujung trek mangrove itu terdapat gazebo di atas pantai.

Tepat di depan gazebo itu terhampar pemandangan laut yang sangat luas dan sangat indah. Pemandangan satwa liar juga menjadi sisi lain pemandangan saat kita berada di ujung dermaga. Waktu semakin sore, daftar pantai yang kita kunjungi juga masih banyak tentunya. Setelah puas melihat-lihat pemandangan dari dermaga sekitar setengah jam lamanya.

Kita memutuskan untuk kembali ke tempat parkir mobil Toyota New Fortuner di sekitar Pantai Bama. At the moment, kami benar-benar akan keluar dari TN Baluran untuk menuju pantai lain ke arah selatan. (radar)