Setelah Koma selama Tujuh Bulan di Taiwan
BANYUWANGI – Tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Dusun Rumping, Plampangrejo Village, Cluring District, Banyuwangi, Sihatul Alfi yah alias Uul, 24, akhirnya pulang kampung. Setelah tujuh bulan tak sadarkan diri alias koma di Taiwan, akhirnya perempuan itu tiba di Banyuwangi pagi kemarin (7/5). Uul tiba di RSUD Blambangan sekitar pukul 04.00. Uul diangkut mobil ambulans mi lik RSUD dr. Sutomo, Surabaya.
Previously, TKI bernasib malang itu terbang dari bandara di Taiwan Selasa (6/5) around 05.00 local time. Dia mendarat di Bandara Juanda, Surabaya, around 23.00. “Setelah perjalanan jauh, alhamdulillah akhirnya tiba di Banyuwangi,” terang Kepala UPT P3TKI, Labor Department, Trans migrasi, dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur, Agus Heri Santoso.Dalam jumpa pers di RSUD Blambangan kemarin, Agus Heri mengaku sejak awal sudah berupaya memulangkan Uul yang koma sejak 22 September 2013 lalu.
“Karena masih ada kendala teknis, baru sekarang pemulangan Sihatul (Uul) bisa dilakukan,He said. Pemulangan Uul yang sebelumnya dirawat di rumah sakit Thungs’ Taichung di Min An Road, Distrik Baihe, Kota Tainan, Taiwan, itu didampingi satu dokter dan tiga perawat. Dalam rom bongan itu juga ikut Senior Asisten Bidang Tenaga Kerja Kamar Dagang Ekonomi Indonesia (IETO) in Taiwan, Noerman Adhiguna.
To the journalists, Agus Heri menyampaikan, biaya pemulangan Uul sepenuhnya ditanggung majikan. Bos peternakan sapi perah itu memberikansantunan sebesar 680 NT atau setara Rp 270 million. Sumbangan sebesar itu, 400 NT atau senilai Rp 150 juta digunakan untuk biaya pemulangan. “Dana itu masih tersisa 280 NT atau Rp 106 million," he said. Meanwhile, setiba di RSUD Blambangan, putri kedua pasangan Tukiman dan Sutiah itu langsung dimasukkan ke ruang intensive care unit (ICU).
Tim dokter yang sudah disiapkan segera memeriksa kondisi TKI yangdiduga menjadi korban kekerasan tersebut. “Saat kita ambildarahnya, terlihat ada respons, tangan Sihatul gerak-gerak,” cetus ketua tim dokter RSUD Blambangan, Hery Subiakto. Hery menjelaskan, dalam rekam medis, jantung Sihatul pernah berhenti berdetak selama 30 minute. And it, it's clear, membuat suplai oksigen ke otak berhenti. “Itu yang menyebabkan otak Sihatul rusak dan mengganggu saraf lain, termasuk pernapasan,” terang dokter spesialis penyakit dalam tersebut.
According to Harry, Sihatul sangat bergantung dengan alat bantu pernapasan. Seluruh tubuhnya, it's clear, belum bisa bergerak meski sudah bisa merespons rangsangan dari luar. “Tim dokter yang menangani akan memantau langsung.Setiap hari akan berdiskusi soal Sihatul," he said. Meanwhile, dokter Tsao Chih Chen dari rumah sakit Tungs’ Taichung Metroharbor, Taiwan, Tsao Chih Chen, yang mengantar Uul menjelaskan, dirinya tidak mengetahui penyebab jantung Uul berhenti berdetak.
“Saya bukan dokter yang merawat, tapi hanya bertugas memantau dalam pemulangan ini,” katanya melalui penerjemah kemarin. Tungs’ Taichung, jelas dokter Tsao, sebenarnya hanya menerima Sihatul. Previously, pasien tersebut dirawat di rumah sakit Chi Mei Medical Centre, Taiwan. “Hasil diagnosis saat itu, Sihatul mengalami gagal jantung," he said. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang datang untuk membesuk Uul di RSUD Blambangan mengatakan, Pemkab Banyuwangi akan berupaya mencari dana tambahan untuk biaya perawatan Sihatul. Because, perawatan Sihatul membutuhkan waktu cukup lama. “Kami berharap ada keajaiban untuk Sihatul,” kata Azwar. (radar)
