The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Sugiantik Was Accidentally Killed

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Hasil Otopsi menguatkan Bukan Gantung Diri

GLAGAH – Kejanggalan demi kejanggalan kembali ditemukan atas meninggalnya Sugiatik. 35, citizens of the village of Thompson, Banjarsari Village, Kecamatan Glagah yang tewas setelah melakukan aksi gantung diri di kamarnya.

Hasil otopsi tim dokter RSUD Blambangan menyebutkan, penyebab matinya Sugiatik memang karena adanya hambatan di bagian leher. * However, mengenai ciri-ciri secara umum sangat berbeda dari gantung diri. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Instalasi Kedokteran Kehakiman (IKK) Blambangan Hospital, dr. Solakhudin, yesterday.

Dia menjelasakan, dari hasil otopsi ditemukan sebuah jejas (kulit mengeras dan menghitam) karena adanya suatu sentuhan tali yang melingkar di leher dari depan ke belakang kurang lebih 36 cm dengan lebar 1 cm. Di bawah jejas pertama, tim dokter juga menemukan jejas lagi dengan motif diagonal di bagian leher depan kanan dengan panjang kira-kira 5 cm dan lebar 1/2 cm.

Alur dari jejas ini horizontal,” kata Solakhudin. From the results of internal inspection, tim dokter juga menemukan pelebaran pembuluh vena di bagian leher Sugiatik. Besides that, pelebaran otot di bagian leher juga ditemukan oleh tim dokter.

Kesimpulannya, kematian Sugiatik memang karena adanya hambatan di leher sehingga yang bersangkutan mengalami kekurangan oksigen sampai akhirnya nyawanya melayang. “Tapi kita tidak menemukan patah tulang leher.jelas Solakhudin.

Ditanya penyebab matinya Sugiatik apakah memang murni karena gantung diri atau sengaja dibunuh. Solakhudin tidak bisa menjawab. It is just, dari hasil otopsi yang dilakukan pihak dokter menyebut bahwa secara umum ciri-ciri penyebab matinya Sugiatik ini memang berbeda dari gantung diri.

Kalau secara umum memang ada perbedaan dari gantung diri,” he concluded. Keterangan dokter tersebut memang menambah kuat bahwa matinya Sugiatik memang bukan gantung diri. Previously, kejanggalan-kejanggalan juga telah ditemukan oleh pihak penyidik Polsek Glagah yang melalaikan olah tempat Kejadian Perkara (crime scene).

Sugiatik's death sparked the suspicions of local residents. Sejumlah fakta mengarah pada tidak adanya tanda-tanda bahwa korban meninggal karena gantung diri. Officers did not find fluid in the genitals and feces in the anus of the victim.

even though, kondisi itu merupakan ciri umum yang hampir pasti ditemukan pada setiap kasus gantung diri Selain itu, the position of the wood used by suicide is also very high. Therefore. to ensure the death of Sugiatik, The police immediately took the victim's body to the Blambangan Hospital for an autopsy.

Keterangan dari suami korban, yakni Istriyono, 42, juga dirasa sangat ganjil saat polisi melakukan penyelidikan. Kapolsek Glagah AKP lbnu Mashud mengatakan, keganjilan itu tergambar saat lstriyono menerangkan kronologis kematian istrinya.

Ten minutes before being found hanged himself, Sugiatik sits on the bed in the room. Saat itu lstriyono bergegas ke belakang untuk memandikan anaknya, Abdul Manik |, who is still seven years old. “That very short time lag gave rise to suspicion.

In addition, residents' testimonies explained that the victim's household was often hit by problems. Keduanya sering cekcok.” clear. Meski kejanggalan-kejanggalan telah ditemukan oleh tim penyidik, namun pihak kepolisian masih belum menentukan tersangka dan apa motif sebenarnya dari matinya Sugiatik ini.

Infomasi yang diperoleh Jawa Pos Radar Banyuwangi menyebutkan, beberapa saksi termasuk lstriyono yang sebelumnya berada di Polsek Glagah, saat ini sudah dipindah ke Polres Banyuwangi untuk proses pemeriksaan selanjutnya.

Sesuai hasil otopsi rumah sakit dan pengakuan suami Sugiatik, kejadian ini bukan murni bunuh diri. Sampai saat ini masih proses penyidikan. Penetapan tersangka masih belum, tapi mengarah kepada suami Sugiatik,” tegas Masud.

Sumber di kepolisian juga menyebutkan kalau banyak kejanggalan dari meninggalnya Sugiatik. Kejanggalan muncul di sekitar tempat kejadian perkara (crime scene). Ketika polisi datang, posisi mayat korban sudah diturunkan.

Belum diketahui secara pasti siapa yang menurunkan korban dari gantungan. Keganjilan lain, kayu untuk mengikatkan tali tidak tergolong kuat. Kalau dibebani tubuh manusia yang menggantung, kayu tersebut bakal runtuh.

Setelah diteliti, kayu tersebut sangat rapuh. “Kejanggalan lain, jarak kayu untuk gantung diri dengan tanah terlalu tinggi. Butuh alat bantu semacam kursi untuk mengikatkan tali ke kayu. Di TKP tidak ditemukan alat bantu.ujar seorang polisi yang enggan disebut namanya. (radar)