The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Adi Bolo, Penyanyi Kafe yang Lagi Naik Daun

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Tidak Mematok Harga, Manggung Tiga Jam Tiap Malam

KURNIADI adalah seniman musik lagu Banyuwangi. Sebelum terkenal sebagai penyanyi kafe seperti saat ini, around year 2000-2001 then, Adi lebih dikenal sebagai penyanyi lagu Oseng dalam grup Banyuwangi Orkestra Lare Oseng (Bolo).

Lagu-lagu hits dalam album Bolo memang sempat booming. Sebut saja judulnya Munggah Alem, Nyebar Jolo, Speeding, and so on. Melambungnya album ini membuat nama Adi melesat ke seantero jagad Bumi Blambangan.

Hingga saat ini nama Adi pun lebih dikenal sebagai nama Adi Bolo. Saat ditemui Jawa Pos Radar Banyuwangi di rumah fotografer senior Banyuwangi, Agus John Rahmatulloh, Adi baru saja pulang berlatih dengan teman-temannya. Latihan bernyanyi dan bermusik terus dialakukan karena saat malam harinya dia harus manggung ke kafe-kafe.

Banyaknya kafe di Banyuwangi saat ini memang menjadi berkah bagi dirinya dan teman-temannya. Saat ini dia tidak perlu repot lagi untuk menyanyi dimana. Malah sebaliknya, dia dan teman-temannya sekarang lebih banyak dicari pengusaha kafe untuk mengisi akustik musik di kafe tersebut.

”Mulai tahun 2013 lalu job nyanyi ramai di Banyuwangi karena banyak kafe berdiri. Alhamdulillah, hampir setiap hari ada job. Biasanya main malam hari di kafe-kafe,” kata pria kelahiran Banyuwangi 13 February 1979 this. Meski hanya menyanyi dan bermain musik, bisa dibilang kegitan sehari-hari yang berawal dari hobi dari Adi Bolo ini menjadi pekerjaan tetap hingga saat ini. Uang hasil ngamen di kafe bersama teman-temannya bisa dia gunakan untuk menghidupi keluarganya.

”Hasilnya lumayan. Setiap malam maksimal saya main tiga jam. Kami tidak mematok berapa harga kok bagi pengusaha kafe yang membutuhkan tenaga kita,” terang bapak empat anak ini. Meski terbilang sukses, ada suka duka saat dia menjadi pemain musik keliling.

Sukanya,memiliki banyak teman. Dukanya dia lebih banyak pulang malam karena kewajiban menyanyi Adi harus selesai pukul 22.00. ”Tapi ini sudah menjadi risiko pekerjaan. Kadang istri dan anak-anak saya ajak kerja juga. Sambil kerja, sambil malam mingguan. He he he,” ujarnya lantas terkekeh.

Saat ini memang sudah setiap hari Adi Bolo menyanyi. Ternyata ada tips untuk menjaga suara Adi agar tetap merdu. Adi mengatakan, bahwa setelah salat subuh, dia selalu menyempatkan diri untuk bersepeda keliling kota Banyuwangi. Olahraga ini rutin dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuhnya.

”Umur semakin bertambah, olahraga itu penting. Ini juga untuk menjaga suara agar tetap merdu di telinga pengunjung,” kata Adi. She tells, awal mula terjun di dunia musik ini sudah dilakoninya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) Formerly.

Secara otodidak, saat itu dia tertarik untuk bisa bermain gitar. Lama-kelamaan dia pun bisa bermain gitar. Urusan menyanyi juga dia pelajari secara otodidak. Meski masih duduk di bangku SMP, dia pun rela menjadi pengamen dari rumah ke rumah maupun di dalam bus.

Hal ini terpaksa dilakukan Adi Bolo untuk membantu keuangan orang tuanya dalam hal membiayai sekolah. Karena ini suah menjadi hobinya, tidak ada rasa malu meski dia harus menjadi seorang pengamen. Malah sebaliknya, dari pengamen inilah, Adi bisa dikatakan sukses hingga saat ini.

”Kadang sampai Jember juga ngamennya naik bus. Hasilnya untuk bayar sekolah,” kata Adi. Memasuki jenjang SMA, dia pun tetap bermusik. Kali ini dia lebih fokus bergabung dengan band bersama teman-temannya. Segala jenis festival musik selalu dia ikuti saat ini. Juara kelaskabupaten hingga Jawa-Bali pun sempat dia sabet dalam setiap festival yang dilaksanakan.

”Pialanya masih ada di rumah. Ada festival selalu ikut saya. Biasanya sama Hendro,"he said. Lulus SMA, dia pun tetap menjadi pemain band. Sebagai pemain band dia pun aktif berada di studio-studio musik yang ada di Banyuwangi.

Until finally, ada yang memberikan tawaran rekaman agar Adi dan teman-temannya membentuk sebuah grup untuk menyanyikan lagu- lagu Banyuwangi. ”Sekitar tahun 2000, Pak Eko Sukartono yang menawari kami rekaman. Exist 15 personel waktu itu termasuk saya. Kami tergabung dalam grup Banyuwangi Orkestra Lare Oseng (Bolo). Musik kami membawa sentuhan musik baru di Banyuwangi. Kita aransemen dengan musik modern tapi tidak menghilangkan kesan musik etnik Banyuwanginya,” kata penggemar trail ini.

Waktu itu album yang sudah tergarap memang sempat booming. Namun lama-kelamaan, lagu Oseng kembali kurang menggeliat lagi. Dia pun harus kembali ke kafe-kafe untuk menyanyi. Sebelum banyaknya kafe seperti saat ini, dia hanya beberapa hari dalam seminggu untuk mangung dari kafe ke kafe. Nah, baru tahun 2013 inilah dia dan teman-temannya bisa setiap hari manggung di kafe-kafe.

”Mudah-mudahan perekonomian di Banyuwangi terus menggeliat. Jadi kafe-kafe tetap terus tumbuh dan kita bisa mendapatkan pekerjaan," he concluded. (radar)