The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Cari Pakis di Hutan, Penghasilan Sehari Rp 14 Thousand

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Tinem-alias-Mbok-Legi-di-depan-rumahnya-Dusun-Pasar,-Village-Sumberarum,-District-Songgon,-yesterday.

HUJAN mengguyur di sejumlah kawasan di Banyuwangi seharian kemarin. Tidak terkecuali, rintik hujan tersebut juga membasahi dataran tinggi, termasuk di Desa Sumberarum, Songgon District. Meski cuaca tak bersahabat, tidak membuat warga lereng Gunung Raung berhenti beraktivitas.

Demi memenuhi kebutuhan hidup, bekerja tentu menjadi sebuah keharusan. Hal itulah yang juga dilakoni Mbok Legi. Janda dua anak itu tetap tidak berhenti mencari penghasilan. Dalam situasi apapun, dia tetap harus berangkat ke hutan untuk mencari pakis.

Itu dilakukan semata-mata demi sesuap nasi. Jauhnya hutan bagi Mbok Legi tidak bisa dijadikan hambatan. Dia tidak boleh goyah dalam keadaan bagaimanapun. Although, dia harus melewati medan jalan setapak tebing nan curam.

Mau makan dari mana jika perjuangan itu tidak dia lakoni. Yes, Mbok Legi memang harus bekerja keras. Because, dia cukup lama hidup dengan serba kekurangan. Imagine, dia sudah lama ditinggal pergi oleh Salam, her husband.

Now, keberadaan suaminya tidak jelas dan tak pernah ada kabar. Berkat pernikahan dengan Salam, Mbok Legi dikaruniai dua orang anak. But, dua anaknya juga tidak ada di rumah. Putra sulungnya, Glenter Wahono sudah menikah dan kini tinggal di Tegaldlimo. Whereas, putrinya, Leginem sudah lama hijrah di Palembang.

Sejak ditinggal Salam pergi puluhan tahun silam, Mbok Legi hidup sendiri. Dia sempat dinikahi Pak Jalil. But, suaminya itu juga meninggal dunia beberapa tahun lalu. Practical, kini Mbok Legi menjadi satu-satunya penghuni rumah.

Rumah yang dia tempati juga sangat sederhana. How not, diameter rumahnya hanya 4 x 6 meter. no doubt, ukuran rumah itu tidak bisa disekat-sekat. It means, bed, ruang tamu dan dapur pun jadi satu. Rumah milik Mbok Legi itu juga tidak dibangun di atas tanah miliknya sendiri, melainkan ngampung di atas tanah milik tetangganya. Persinya, rumah mirip dapur itu berada di belakang rumah Kang Dugel.

Sebelum menempati rumah itu, Mbok Legi tinggal tak jauh dari Sungai Mangaran, local village. Rumah yang dia tempati kala itu juga jauh dari tetangga. Pada akhirnya, rumah lama di atas tanah milik orang itu pun dibongkar dan Mbok Legi pindah rumah di belakang kediaman Kang Dugel.

Yesterday afternoon, Mbok Legi terlihat sibuk mengikat Pakis hasil mencari di hutan. Mencari pakis memang menjadi satu-satunya usaha untuk memenuhi kebutuhannya. ‘’Saya cari pakis mulai pagi, o'clock 12.00 sudah ada di rumah,'' he said.

Pakis yang dia dapat dijual kepada pelanggan. Uang hasil jerih payahnya itu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. ‘’Saya tidak pernah libur cari pakis. Kadang dapat Rp 14 thousand, kadang dapat Rp 12 thousand. Nggak mesti,'' he explained.

Even, menurut Mbok Legi, dirinya tidak pernah mendapatkan penghasilan dari Rp 15 ribu hasil menjual pakis. However, semua jerih payah itu disyukuri dan bisa menyambung hidup setiap hari. ‘’Nggak pernah dapat Rp 15 thousand, paling gede Rp 14 thousand,he said.

Meski hidup sebatang kara, tapi Mbok Legi juga memiliki cara untuk bertahan hidup. Meski miskin, selama masih kuat, dia tetap bekerja dengan sisa-sisa tenaganya yang masih ada. ‘’Kalau saya nggak bekerja, mau dapat uang dari mana. Punya anak jauh, kadang anak saya yang laki-laki pulang, tapi cuma sebentar,'' he explained.

Sepengetahuan dia, putra sulungnya dikarunia dua anak. Whereas, putrinya juga dikaruniai dua anak. ‘’Jadinya empat. Nggak tahu sekarang sudah tambah lagi atau tidak. Karena yang di Palembang sudah lama nggak pulang,'' he said.

Sebagai warga miskin, Mbok Legi juga mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (SMALL). Dia memperoleh itu dari pemerintah desa setempat. Yesterday, KIS tersebut dia tunjukkan kepada saya. KIS itu masih di dalam amplop dan belum dibuka.

‘’Memang saya belum buka, karena percuma saya nggak bisa baca,’’ kata Mbok Legi dengan spontan. Mbok Legi memang menjadi bagian 170 janda Banyuwangi yang mendapatkan prioritas dari program Hari Ulang Tahun (HUT) JP-RaBa ke-17. Semoga bingkisan paket yang diberikan kepada Mbok Legi membawa berkah. (radar)