The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Makkah Dilanda Badai Pasir

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
Rombongan-JCH-Banyuwangi-memanjatkan-doa-bersama-di-depan-rumah-kelahiran-Nabi-Muhammad-SAW-yang-saat-ini-menjadi-perpustakaan-di-Makkah,-yesterday.
Rombongan JCH Banyuwangi memanjatkan doa bersama di depan rumah kelahiran Nabi Muhammad SAW yang saat ini menjadi perpustakaan di Makkah, yesterday.

JCH Banyuwangi Dipastikan Aman

MAKKAH – Saat jamaah calon haji (JCH) Banyuwangi hendak menjalankan ibadah umrah di Masjidilharam, tiba-tiba badai pasir melanda kota Makkah, o'clock 17.15 Saudi Arabia time (WAS) or around 21.15 WIB, Saturday (27/8), yesterday.

Badai yang berlangsung selama satu jam ini sempat membuat jamaah panik. Tidak ada korban saat badai pasir melanda. Because, seluruh jamaah sedang berada di dalam maktab. dr. Titah Palupi, salah satu dokter kloter JCH Banyuwangi melaporkan, saat badai pasir bercampur debu berlangsung, dirinya sedang berada di dalam lobi hotel bersama jamaah haji lainnya.

Saat itu dirinya dan rombongan lain sedang bersiap menuju Masjidilharam untuk menjalankan ibadah umrah. ”Di sini ada badai (yesterday). Badainya kencang sekali. Kami tidak berani keluar dan memang sudah dilarang keluar oleh petugas,” ujar salah satu anggota Ikatan Dokter Indonesia (WAS) Cabang Banyuwangi tersebut.

Pasir bercampur debu yang terbawa angin intensitasnya tidak seberapa. Meski badai sedang berlangsung, tidak sampai mengganggu jarak pandang jamaah. However, karena kencangnya badai tentu sangat membahayakan jika jamaah berada di luar maktab.

”Badai pasir berlangsung pukul 17.15 WAS. Alhamdulillah tidak lama, sempat berhenti sejenak, tapi sesekali badai kembali lagi,” ujar dokter yang berdinas di RSUD Blambangan ini. Handoyo Saputro, tim peliput lainnya juga melaporkan kondisi serupa.

Sebagai salah satu ketua regu di KBIH Sabilillah, dia harus memastikan bahwa jamaah tidak ada yang berada di luar maktab. Setelah badai pasir berlangsung, cuaca tidak segera membaik. Hujan gerimis malah menyusul, sehingga membuat jamaah yang akan melaksanakan umrah tertahan di dalam maktab.

”Kita semua sudah bersiap umrah, tapi ada kendala cuaca buruk akhirnya kami tunda sampai cuaca kembali normal,” jelas owner Dessy Education ini. Terkait badai pasir dan debu yang sempat melanda kota Makkah, Head of the Ministry of Religion (Ministry of Religion) Banyuwangi, Santoso yang ikut bersama rombongan memastikan seluruh jamaah dipastikan selamat.

”Semua jamaah kami pastikan aman. Saat badai berlangsung sudah berada di dalam maktab untuk bersiap menunaikan ibadah umrah dan salat magrib di Masjidilharam,he explained. Petugas sektor yang berada di dalam maktab sangat kooperatif menginformasikan terkait badai ini.

Sebagian-jamaah-Banyuwangi--yang-telah--menggunakan--pakaian-ihram--menunggu-di--lobi-hotel-saat--badai-pasir-berlangsung,-Sabtu-sore-kemarin.

Sekejap setelah badai berlangsung, pengumuman larangan keluar maktab pun langsung diserukan melalui pengeras suara. Hal ini tentunya sempat membuat panik, namun seluruh petugas juga ikut menenangkan jamaah bahwa badai yang berlangsung hanyalah fenomena biasa di Makkah.

”Sekitar satu jam badai pasir disusul hujan gerimis. Mudah-mudahan tidak ada lagi. Mungkin ini hanya untuk menguji kesabaran kita," he explained. Meanwhile, aktivitas jamaah kemarin tidak jauh berbeda dengan hari sebelumnya. Umrah dan ibadah wajib tetap dilaksanakan.

Beberapa jamaah juga ada yang melaksanakan ziarah ke berbagai tempat seperti ke Hudaibiyah dan berbagai tempat lain. Untuk jamaah yang sudah sepuh banyak juga yang hanya menjalankan ibadah di dalam maktab. ”Bimbingan manasik dan pengajian di dalam hotel juga rutin dilakukan, ini utamanya bagi jamaah yang sepuh-sepuh,” pungkas Santoso.

Herman Suyitno, tim peliput untuk Jawa Pos Radar Banyuwangi lainnya menyampaikan, saat salat wajib berlangsung, jamaah Banyuwangi tidak mau kalah dengan jamaah dari negara lainnya. Sebagian jamaah yang memiliki fisik prima saat salat di Masjidilharam juga ingin berada di barisan yang paling depan.

However, hal ini bukanlah sesuatu yang mudah bagi jamaah Indonesia yang memiliki postur tubuh yang lebih kecil dari pada jamaah luar negeri. ”Pasti semuanya ingin berada di barisan paling depan, tapi itu butuh perjuangan. Saat salat duhur kemarin, ada satu JCH Banyuwangi yang berhasil di saf barisan nomor 25.

Dia ternyata datang lebih awal menuju Masjidilharam, which is around 09.00 sudah berangkat. Meski di barisan nomor 25, akan tetapi Kakbah bisa terlihat dengan jelas dan dekat,” jelas Wakil Komisioner Baznas Banyuwangi ini. Untuk kegiatan umrah ketiga ke marin, hendaknya jamaah harus memanfaatkan waktu yang ada semaksimal mungkin.

Umrah di Masjidilharam harus dilaksanakan karena pahalanya sangat besar dibandingkan saat kita umrah di masjid yang lainnya. ”Jika kita ibadah di Masjidilharam pahalanya bisa mencapai 100.000, kalau di Masjd Nabawi mencapai 10.000. Tapi kalau di masjid lainnya hanya satu pahalanya. So, manfaatkan waktu yang ada untuk beribadah di Masjidilharam,” pungkas ketua rombongan KBIH Sabilillah asal Desa Sidodadi, Wongsorejo ini. (radar)