The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Menabung Lama sejak Tubuhnya Bugar

TERTUA: Zainul Arifin (left) diantar kerabat dan tetangga kemarin.
Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
TERTUA: Zainul Arifin (left) diantar kerabat dan tetangga kemarin.

Rombongan calon jamaah haji Banyuwangi berangkat tadi malam. Yang paling tua adalah Zainul Arifin, 80, asal Dusun Paras Tembok, Jambewangi Village, Sempu Kecamatan District.

LABAIKALLAHUMMA labbaik. Labbaika laa syariika laka labbaik. Innal hamda, wanni’mata, laka wal mulk. Laa syariika lak. (Kusambut panggilan-Mu ya Allah. Kusambut panggilan-Mu, kusambut panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.

Kusambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, karunia, dan segala kekuasaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu).

Bacaan talbiah tersebut terus berkumandangmulai pukul 14.00 di rumah Zainul Arifin di Dusun Paras Tembok, Jambewangi Village, Sempu Kecamatan District. That afternoon, puluhan kerabat dan tetangganya berkumpul di rumah yang berada di timur jalan tersebut.

Mereka akan mengantarkan Zainul berangkat menunaikan ibadah haji. However, sebelum berangkat, para tetangga tersebut berkumpul di rumah Zainul untuk menggelar bacaan talbiah, mengumandangkan azan, dan mendoakan bapak lima anak tersebut.

Selama talbiah, azan dikumandangkan, dan doa dilantunkan, tak sedikit para keluarga dan tetangga yang hadir menitikkan air mata. Mereka seakan berat melepas Zainul yang sudah sepuh tersebut berangkat menunaikan haji.

Especially, setelah membaca doa, dan Zai nul melangkahkan kaki keluar rumah me nuju sebuah mobil putih di tepi jalan depan rumah yang siap mengantarnya ke Banyuwangi. Para keluarga dan tetangga yang berebut menyalami tangan Mbah Zainul terus mengucurkan air mata.

the wife, Muti’ah, yang tak ikut berhaji terlihat dua kali menyalami tangan suaminya tersebut sambil menitikkan air mata. “Monggo nggeh,” ujar Zainul sambil me lam baikan tangan dari dalam mobil yang membawanya berangkat. Banyaknya kerabat dan tetangga yang menangis saat melepas keberangkatan Mbah Zainul tersebut mungkin bisa dimaklumi.

Because, usianya memang cukup sepuh, that is 80 year. “Itu kalau mengacu KTP, tapi umur aslinya ya lebih tua dari yang di KTP itu,” kata Nur Salim, putra kedua Zainul. Selain sudah terlihat sepuh, cara berjalan Zainul juga sudah tertatih. Even, pendengarannya sudah berkurang.

Ketika wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi be rusaha melakukan wawancara, dia tak bisa mendengar dan hanya membalas pertanyaan wartawan dengan senyum. “Pendengarannya sudah agak berkurang karena sudah sepuh,” tutur seorang kerabat.

Keberangkatan Zainul menunaikan ibadah haji tentu mengundang kebahagiaan bagi keluarga. However, di lain sisi juga mengundang kecemasan. Especially, kondisi kesehatannya setahun terakhir menurun. “Tapi karena memang sudah waktunya berangkat, ya kita pasrah dan berdoa kepada Allah,” tutur Nursalim.

Just know, Zainul daftar berangkat haji pada 2008. Saat itu kondisinya memang masih sehat. Sudah lama dia punya niat menunaikan salah satu rukun Islam tersebut. So, jauh sebelum memutuskan mendaftar pada 2008, dia sudah menabung. “Bapak nyelengi sejak lama untuk naik haji.

Pada waktu daftar, uangnya ya cukup,he said. Apakah tidak ada keluarga yang men dampingi selama Mbah Zainul menunaikan iba dah haji? Menurut Nursalim, ada beberapa keponakan yang saat ini satu kloter dengan bapaknya tersebut. Because of that, dia berharap selama menunaikan ibadah haji di Makkah tersebut, para keponakannya itu mau membantu. “Yang mendampingi ya keponakan itu," he concluded. (radar)

Keywords used :