BANYUWANGI – Menjelang lebaran, songkok anyaman bambu hasil karya tangan kreatif warga Desa Gintangan, Blimbingsari District, Banyuwangi Regency, ramai dipesan pembeli. no doubt, para perajin terlihat lebih sibuk dari biasanya.
Reported fromarahjatimcom, selain unik, songkok anyaman bambu dipilih karena dirasa lebih awet dan tentunya tahan air. Berbagai bentuk ukuran, dan warna, juga membuat para komsumen tertarik untuk membeli songkok berbahan dasar bambu ini.
Dibutuhkan keahlihan khusus dan ketelatenan untuk membentuk anyaman songkok dari bambu, karena semuanya dikerjakan secara manual.
Meanwhile, bahan baku bambunya pun tidak sembarangan, yaitu bambu apus yang banyak terdapat di desa setempat.
Songkok anyaman bambu cocok untuk segala usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Beberapa varian model songkok pun disediakan agar konsumen mendapatkan banyak pilihan, yakni model dadung, standar, dan asatufa.
Harganya pun juga sangat terjangkau, mulai dari Rp 25 thousand to Rp 50 thousand. Songkok model dadung paling banyak diburu masyarakat lantaran harganya paling murah.
Salah satu pelanggan, Slamet mengaku setiap tahun membeli songkok bambu ini untuk dijual lagi di Surabaya dan tempat lainnya.
“Banyak yang cari kok songkok ini, kan terbuat dari anyaman bambu, jadi songkoknya ada ventilasinya. Songkok biasanya cepat rusak dan bau karena keringat, tapi songkok bambu dijamin tidak sampai membuat kepala kita berkeringat,’ ujar Slamet.
Sejak masuk bulan Ramadan omzet meningkat. Jika sebelumnya hanya Rp 60 million, saat ini meningkat menjadi Rp 120 million. Tentu momen tahunan tersebut menjadi berkah tersendiri bagi perajin songkok anyaman bambu.
Lucky Hermawan, perajin songkok anyanan bambu mengatakan, jika sudah mendekati lebaran atau pas bulan puasa ramai yang pesan.
“Kita hanya menjual secara grosir. Yang pesan banyak dari luar kota, Surabaya, Madura, Banten dan Aceh. Saking banyaknya saya nolak permintaan konsumen karena sudah kebanyakan order,said Lucky.
