The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

21 Geologist Examines Overlapping Gold

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

BANYUWANGI – Potensi emas Pulau Merah dan Tumpang Pitu, Banyuwangi, mengundang ketertarikan peneliti pertambangan nasional dan internasional untuk datang. As much 21 peneliti dari dalam dan luar negeri melakukan field trip (studi lapangan) ke wilayah pertambangan Tumpang Pitu minggu lalu.

Field trip itu merupakan hasil kerja sama tiga lembaga, yakni Society of Economic Geologists (SEG), CODES University of Tasmania, Australia, dan Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI). Kedatangan peneliti itu dipimpin Geolog-ekonomi nasional, Ade Maryono, dan diikuti geolog-ekonomi dari Australia, Japan, razil, Mexico, English, China, dan Laos.

Para peneliti itu tinggal selama dua hari di Pulau Merah. Mereka melihat dari dekat kondisi bebatuan Pulau Merah, sekaligus observasi terkait aktivitas pertambangan yang ada. Ketua rombongan geolog, Prof. David Cooke, mengatakan Banyuwangi dipilih karena geolog dunia meyakini Pulau Merah memiliki kandungan emas terbaik di dunia.

Dari kacamata geolog, potensi Pulau Merah memang luar biasa. Selain kandungan emasnya, pola-pola endapan batuannya juga menarik. «Pulau Merah itu istimewa. Selain kandungan emasnya dinilai terbaik di dunia, bebatuan di sana bagaikan laboratorium alam yang luar biasa yang langsung bisa kita saksikan,» ujar guru besar CODES University of Tasmania itu.

Para peneliti yang sebagian besar belum pernah ke Pulau Merah itu, kata Cooke, saat diajak ke sana spontan melontarkan pujian. Semua acungkan jempol buat Pulau Merah. Because, tidak semua tempat punya lokasi seindah dan selengkap Pulau Merah.

Mereka jadi bertambah pengetahuannya dengan menginjakkan kaki di Pulau Merah. Di sana kami mengamati bebatuan, meneliti karakteristik batuan, dan mengunjungi lokasi penambangan emas, terang Cooke. Indonesia, tambah Cooke, menjadi lokasi yang dituju untuk kegiatan field trip ini pasca diputuskan dalam konferensi pertambangan (SEG-CODES Conference) yang digelar di Hobart, Australia, awal September 2015 then.

Di Indonesia para peneliti itu menghabiskan waktu selama delapan hari untuk mengunjungi sejumlah lokasi pertambangan, yaitu di Pulau Merah, Banyuwangi; Batu Hijau, Lombok; dan beberapa lokasi pertambangan di Sulawesi.

Regent Abdullah Azwar Anas said, ketertarikan para geolog itu juga terkait pengelolaan di Pulau Merah. Di Pulau Merah ini mereka menemukan bahwa pertambangan bisa bersanding baik dengan pengembangan pariwisata.

“Mereka sempat menanyakan kepada saya bagaimana mungkin suatu kawasan pertambangan bisa bertetangga baik dengan suatu kawasan wisata. Ini sangat menarik bagi mereka,” kata Anas saat menerima kunjungan mereka di Sanggar Genjah Arum, Gnawing, last Saturday (3/10). (radar)