The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Banyuwangi Targetkan Tanam 200 Hektare Padi Organik

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

UNTUK meningkatkan kesejahteraan para petani, Bupati Abdullah Azwar Anas mendorong petani Banyuwangi mengembangkan pertanian organik. Langkah ini dilakukan untuk memberi nilai tambah yang bisa memberikan penghasilan yang lebih baik kepada petani.

Dengan menanam padi organik, maka petani diharapkan lebih cepat mencapai kesejahteraan. Produksi tanaman padi organik, harganya lebih menjanjikan dari beras padi bisa yang menggunakan obat-obatan kimia. Untuk mendorong petani mengembangkan pertanian organik, bukan pekerjaan mudah karena sudah terlalu lama menggunakan pupuk kimia.

“Ini coba kita tanamkan ke petani bahwa peluang bisnis padi organik sangat besar. Dapat duitnya bisa lebih gede,” ujar Bupati Anas saat panen raya padi organik di Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru kemarin (10/4). Saat ini sudah ada tiga kelompok tani yang telah mendapat sertifikasi sebagai produsen beras organik.

Produk organik itu dipasok ke sejumlah daerah bahkan hingga tembus pasa China, United States of America, Qatar dan Belanda. Luas sawah padi organik pada tahun 2017 ini mencapai 110 hektare yang tersebar di Kecamatan Kalibaru, Glenmore, Rooftile, perfect, Singojuruh, Songgon, Kabat, dan Licin.

“Luas tanaman padi organik naik 30 hektare dibanding tahun lalu, which is just 80 hectare. Ini sangat menggembirakan, petani mulai sadar kelebihan pertanian organik. Selain hayati persawahan terjaga lewat pertanian organik, nilainya bagus karena harganya lebih mahal,said Anas.

Untuk mendukung kelompok tani yang mengembangkan beras organik, Pemkab Banyuwangi mengucurkan sejumlah bantuan. Mulai dari rice transplanter (alat tanam padi), mini combine harvester, hand tractor 13 unit, pompa air dua unit, pompa air dua unit, power trasher delapan unit, pupuk dan pemberantas hama organik serta bantuan alat pencacah pupuk organik (APPO), lahan percobaan, hingga membuka sekolah lapang bagi para petani.

Kepala Dinas Pertanian Arief Setiawan menambahkan, luassawah di Banyuwangi mencapai 65.457 hectare. Until the year 2016, produksi padi mencapai 790.623 ton gabah kering giling (GKG) setara dengan 499.674 tons of rice. Luas rata-rata panen dalam kurun waktu enam tahun terakhir dari 2011 until 2016 reach 121.279 hektare dengan rata-rata produksi 795.090 ton.

Sedangkan rata-rata produktivitas 65,55 kuintal per hektare atau di atas rata-rata produktivitas Jatim yang hanya 61,13 kuintal per hektare dan nasional 53,41 kuintal per hektare. Until 2016 konsumsi beras warga Banyuwangi teratat 143.710 ton dalam satu tahun sehingga ada suplus beras sekitar 355.964 ton.

“Rasio ketersediaan atau ketahanan pangan Banyuwangi sudah masuk kategori surplus atau di atas swasembada,” ungkap Arief. Untuk mengamankan produksi padi Banyuwangi, lanjut Arief, Pemkab Banyuwangi melakukan sejumlah langkah-langkah.

Antara lain, menyusun rancangan peratu- ran daerah (draft bylaw) Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B) untuk melindungi lahan pertanian pangan produktif dari ancaman alih fungsi lahan. Selain itu petani didorong untuk menggunakan benih unggul, pengembangan padi hibrida, mengenalkan dan mendorong petani menggunakan system rice of intensification (SRI).

Selaian itu, Pemkab Banyuwangi mendorong petani agar peningkatan penggunaan bahan organik untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan penambahan bahan pembenah tanah. “Pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi di tingkat usaha tani dan pembangunan dam parit juga kita lakukan. Langkah-langkah peme rintah daerah yang lain juga masih banyak,” tambah Arief. (radar)