The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Penderita Turun, Banyuwangi Lolos KLB DB

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Salah-satu-pasien-demam-berdarah-mendapat-perawatan-di-Puskesmas-Tegalsari-beberapa-hari-lalu.

BANYUWANGI – Jumlah penderita demam berdarah (DB) tahun ini lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Thus, Banyuwangi berhasil lolos dari status Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah. Previously, Banyuwangi dikhawatirkan kembali mengalami KLB akibat terus meningkatnya jumlah penderita DB setiap minggu pada Januari.

Banyuwangi dinyatakan lolos dari status KLB karena pada Januari 2016 only exist 142 orang yang positif demam berdarah. Jumlah itu menurun hampir 40 persen dari tahun sebelumnya pada periode yang sama yang jumlahnya mencapai 202 person.

Saat itu Pemkab Banyuwangi menetapkan Banyuwangi sebagai kabupaten KLB demam berdarah. Kabid Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan, Waluyo, mengatakan kasus demam berdarah awal tahun ini masih terkendali.

Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Banyuwangi, justru menjadi salah satu kabupaten yang mengalami penurunan kasus. “Kita justru turun dari tahun sebelumnya. Yang naik itu Kota Batu, Probolinggo, Pasuruan, Regency, dan Kota Blitar,” ungkap Waluyo.

That condition, kata Waluyo, menyebabkan Banyuwangi lolos dari status KLB demam berdarah yang selama ini dikhawatirkan banyak pihak. Jika Banyuwangi sampai menyandang status KLB, maka akan terjadi kepanikan, baik dari dalam maupun dari luar Banyuwangi.

Status KLB itu juga akan berdampak terhadap produktivitas masyarakat. Terkait tingginya laporan masyarakat yang memperkirakan bahwa jumlah penderita DB melampaui data yang tercatat di Dinas Kesehatan Banyuwangi saat ini, dia menyebut data yang mereka rilis adalah data berdasar hasil laboratorium di rumah sakit.

Most of them, data yang berkembang di masyarakat adalah pasien suspect demam berdarah atau pasien yang memiliki tanda klinis seperti demam berdarah. Jika masih dalam tahap itu, maka si pasien belum dimasukkan dalam catatan puskesmas. Jika mereka melakukan pemeriksaan di laboratorium rumah sakit, datanya akan masuk dalam perhitungan sebagai pasien DB.

“Kebanyakan yang ada di masyarakat ini masih suspect demam berdarah. Yang kita catat ini yang sudah ada hasil lab dan ada penyelidikan epidemiologi apakah pasien tersebut terkena DB di wilayah itu ataukah bukan. Kalau ternyata dari luar daerah, ya tidak bisa dimasukkan ke dalam data,” terang Waluyo.

Waluyo menambahkan, demam berdarah adalah kasus tahunan di Banyuwangi yang menjadi wilayah endemis. Hal itu dapat dicegah karena demam berdarah adalah penyakit yang ditularkan binatang. “Mencegah DB sebenarnya tidak sesulit mencegah HIV, karena binatangnya terlihat. Tinggal masyarakat mau-tidak membersihkan lingkungan. Kalau tidak ingin KLB, kita harus cegah bersama-sama," he concluded. (radar)