Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Ratusan Bidan Dididik Masalah Kehamilan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

ratusanbidanGAMBIRAN – Sedikitnya 200 peserta memenuhi Aula Lantai II Rumah Sakit Al-Rohmah, Jajag, Gambiran, Minggu (29/9) lalu. Para peserta yang berasal dari bidan wilayah selatan, dan perwakilan IBI seluruh ranting ini saat mengikuti seminar kesehatan bertajuk Ada Apa dengan Kehamilan dan Kejang Pada Bayi dan Anak. “Kami berharap, lewat seminar ini dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan bagi bidan sebagai tenaga lini depan layanan kesehatan bagi masyarakat,” ujar panitia pelaksana seminar, M. Ghozi S.Kep.

Ditambahkan, even ini terlaksana berkat kerja sama antara Rumah Sakit Al Rohmah dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Ranting Barat I Banyuwangi. Pemateri kegiatan, dr Suyanto SpOG mengatakan, kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan.

“Apabila kehamilan ini direncanakan, akan memberi rasa kebahagiaan dan penuh harapan,” kata Suyanto. Menurut Suyanto, kehamilan didefinisikan sebagai penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Tandatanda pasti dari kehamilan antara lain gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa/diraba juga bagian janin. Selain itu, adanya denyut jantung janin yang bisa didengar dengan stethoscope, dicetak dan didengar dengan alat dopler, dicetak dengan alat/foto elektro cardiogram, dapat dilihat dengan USG, dan kelihatan tulang-tulang janin dalam foto roengent.

“Sedangkan tanda tidak pasti dari kehamilan antara lain amenore (tidak datang haid), mual-mual, ngidam, pingsan, anoreksia (tidak nafsu makan), payudara menjadi tegang dan besar, sering kencing, varises, dan perubahan pigmen kulit,” kata dr Suyanto. Sedangkan pemateri kedua, dr KarelAnggrek SpA, menjelaskan tentang kejang pada bayi dan anak. Dikatakan, risiko kejang demam dapat terjadi pada usia 6 bulan hingga 5 tahun.

Hal itu bisa terjadi akibat kenaikan suhu tubuh [rectal > 38 °c] yang disebabkan oleh suatu proses ektra cranium.  “Yang penting bagi orangtua, bila anak mengalami kejang, yang perlu diperhatikan adalah tetap tenang, dan tidak panik. Lalu kendorkan pakaian, posisi terlentang dengan kepala miring, dan bersihkan muntah/lendir di mulut dan hidung. Kemudian ukur suhu, observasi lama dan bentuk kejangnya.

Selanjutnya, segera ke rumah sakit jika kejang berlangsung ≥ 15 menit,” ujar dr. Karel Staf medis fungsional Anak RS Al- Rohmah itu menambahkan, yang perlu diwaspadai bagi orang tua adalah 80 % kejang demam sederhana dan 20 % kejang demam komplek, risiko epilepsi 4x dibanding populasi umum, dan risiko terjadi status epilepsi. “Yaitu apabila kejang yang berlangsung terus menerus selama ≥ 30 menit, kejang berulang dalam waktu 30 menit dan tanpa di sertai pulihnya kesedaran di antara kejang, dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan dipengaruhi oleh etiologi dan usia, dan bentuk kejang tersering tonik dan klonik,” pungkas dr Karel. (radar)