The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Used to be a subscription to Regent Anas and his family

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

MOBIL Toyota Kijang dengan cat warna biru terlihat parkir di barat pintu masuk Pasar Genteng atau eks Terminal Genteng, Kulon Tile Village, Tile District. Hampir dua jam lamanya mobil penumpang umum (MPU) itu tak bergerak.

Saat jarum jam menunjuk pukul 10.00, satu per satu penumpang mulai datang. Less than 20 minute, empat penumpang sudah masuk. “Ayo pak sopir berangkat, menunggu siapa lagi,” cetus salah satu penumpang. “Sebentar, masih kurang satu, sudah aku telepon tadi,” jawab sang sopir sambil melihat hand phone (HP) tuanya.

Kurang dari lima menit, penumpang yang ditunggu akhirnya tiba. MPU Toyota Kijang keluaran tahun 1982 itu akhirnya berjalan perlahan. “Satu hari hanya satu kali jalan,” cetus Nur Hariri, 44, sang sopir MPU itu. Mobil Toyota Kijang itu dulu satu-satunya angkutan yang melayani rute Blokagung, Karangdoro Village, Tegalsari District, menuju Terminal Genteng.

Era 1990-an yang menjadi masa kejayaan angkutan tersebut. Jumlah armada yang ada sembilan unit. “Model angkutannya ya kayak ini. Mobil ini dulu paling bagus,” kata sopir yang tinggal di Dusun Balokan, Dashri Village, Tegalsari District, that.

Seiring kemajuan dan banyaknya warga yang memiliki kendaraan sendiri, penumpang angkutan itu menyusut. Sekarang ini dari sembilan unit MPU Toyota Kijang, yang tersisa tinggal miliknya. “Saya tidak tahu yang lain kemana.

Sekarang tinggal punya saya ini," he said. Meski MPU tinggal satu, tapi penumpang yang naik juga tidak penuh. Malahan semakin berkurang dan kini tinggal beberapa orang yang tetap setia menumpang. “Berangkat dan kembali, penumpang ya hanya ini saja," he said.

Penumpang yang diangkut itu hampir semua pedagang pasar. Mereka pergi ke Pasar Genteng sambil membawa barang dagangan. Selama penumpang itu jualan, MPU tersebut menunggu di eks terminal. “Penumpangnya semua sudah tua-tua, tidak ada lagi yang muda," he said.

Terkait tiket penumpang MPU ternyata tidak sama, tergantung jarak dan barang yang dibawa. Bila barang dagangan cukup banyak, akan ditarik lebih mahal. “Dari Dasri ke Genteng hanya Rp 12 thousand. Kalau dari Blokagung ke Genteng Rp 20 thousand," he explained.

Hariri menyebut, pada saat masih ramai, terutama di era 1990-an, dari Blokagung ke Terminal Genteng hanya Rp 400. Dengan nada serius bapak dua anak itu menyampaikan, Bupati Abdullah Azwar Anas saat masih sekolah, bila pulang ke rumahnya di Desa Karangdoro, juga sering menggunakan MPU yang dia sopiri.

Bukan hanya Bupati Anas, orang tua dan keluarganya juga sering naik MPU Toyota Kijang ini bila akan ke Genteng atau pulang ke rumahnya. “Saya sering membawa Abah (KH. Musayidi, ayah Bupati Anas), and his family," he said. Until now, Hariri tetap setia melayani penumpang yang menghubungi melalui hand phone (HP). (radar)