The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Mahasiswa Untag Kembali Turun Jalan

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Banyuwangi – Around 50 aktivis mahasiswa Universitas 17 August 1945(Untag) Banyuwangi turun ke jalan tadi malam(17/11). Mereka mendesk pihak rektorat kampus merah putih tersebut tidak ikut cawe-cawe terhadap dualisme kepemimpinan perkumpulan Gema Pendidikan Nasional (Perpenas).

Dalam aksi kali ini mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Kampus (Ampek) tersebut mengusung keranda. Keranda sebagai simbol matinya Untag Banyuwangi itu dipasang melintang di depan gerbang kampus yang berlokasi di jalan Adi Sucipto, Bnayuwangi tersebut.

Selain mengusung keranda, mahasiswa itu juga melakukan orasi dan membeber spanduk serta poster di tengah ruas Jalan Adi Sucipto. as a result, satu ruas jalan yang merupakan jalan utama di pusat Kota Banyuwangi tersebut ditutup.

Koordinator Ampek, Akyl Gilang Permana, mengatakan pihaknya mendesak rektor mencabut surat penonaktifan sembilan dosen dan dan karyawan Untag. Sebab mahasiswa justru menjadi korban kebijakan tersebut.

Kami juga mendesak rektor melakukan klarifikasi dan permintaan maaf kepada sembilan dosen dan karyawan yang karyawan, mereka juga mendesak dinonaktifkan. Permintaan maaf Direktorat Jenderal Pendidikan itu harus dilakukan secara terbuka melalui media,” he said.

Not only that, para mahasiswa juga mendesak rektor Untag, Turut Hariyadi, turun jabatan. Because, Tutut terlibat dalam dualisme kepemimpinan Perpenas. “Keterlibatan rektor itu terlihat jelas pada kejadian 9 last November.

Kala itu rektor terlihat menyemangati siswa yang melakukan penghadangan terhadap salah satu pihak yang ingin masuk kantor Perpenas,” he said. Koordinator Aksi, Robert Sihab menambahkan, selain mendesak pihak rektor mengklarifikasi penonaktifan sembilan dosen dan Tinggi (Dictations) come to Banyuwangi.

“Dikti harus turun ke Banyuwangi untuk menyelesaikan konflik Perpenas ini,” he said. Meanwhile, hingga berita ini selesai ditulis pukul 19.00 tadi malam, desakan mahasiswa bertemu Rektor Tutut tidak mendapat tanggapan. Di akhir aksi, mahasiswa membawa keranda tersebut ke halaman kampus Untag.

Keranda ini kami hadiahkan kepada rektor. Ini sebagai tanda Untag telah mati. Hak mahasiswa juga mati,” teriak salah satu orator. Aksi damai tersebut ditutup dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. (radar)