The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Support Pengusaha Kecil, Bupati Anas Kunjungi UMKM

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

BANYUWANGI – Selama dua hari Bupati Abdullah Azwar Anas mengunjungi beberapa pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Selain mendorong pengembangan pelaku UMKM, Bupati Anas ingin mengetahui dampak pelemahan ekonomi nasional terhadap pelaku UMKM.

Monday afternoon (5/10) Anas mengunjungi dua UMKM di Kecamatan Genteng. Goal, pengusaha songkok di Dusun Tebuan, Kembiritan Village, dan pengusaha konveksi bordir di Dusun Canga`an, Wetan Tile Village. Dalam kunjungan itu Anas melihat proses pembuatan bordir dan songkok.

Saat melihat proses pembuatan bordir di tempat usaha milik Nur Kholis Khumaidi, Anas mengaku sangat terkesan. Meski tempatnya berada di pinggir kota, ternyata teknologi yang digunakan sudah modern. Usaha Nurkolis itu setiap bulan mampu memproduksi 2.000 buah dengan omzet Rp 10 million.

Mesin pembuatan bordirnya pun menggunakan mesin digital. Dalam sekali proses menghasilkan 18 bordiran. Usaha bordir Nur kholis itu dibantu 18 bekerja yang bekerja selama 24 jam nonstop dengan sistem bergantian.

Hebatya, meski lokasinya jauh dari kota, tapi nggak kalah canggih peralatannya,” puji Bupati Anas. Selain melihat pembuatan bordir, Anas juga melihat produksi songkok. Anas juga sempat mencoba beberapa songkok buatan Ali Gufron.

Sambil mencoba songkok, Anas sempat bertanya kepada sejumlah karyawan seputar pekerjaannya. “Sudah berapa lama di sini? Sehari mampu membuat berapa songkok,” tanya Anas kepada salah satu pekerja. Usaha milik Ali Gufron itu memiliki 70 employee.

Setiap bulan mampu memproduksi 24.000 buah songkok dengan omzet Rp 60 million per month. Saat musim haji dan menjelang Lebaran, omzetnya berlipat. Songkok bikinan Desa Kembiritan, Rooftile, itu telah memenuhi pasar nasional.

Pada Selasa kemarin (6/10) Anas meninjau UD. Sukodadi milik Muhibut Tobari yang memproduksi handycraft dan mebel. Saat melihat UMKM yang memproduksi barang ekspor itu, Anas mendengarkan bahwa pelaku usaha seperti UD.

Sukodadi tidak terpengaruh melemahnya nilai tukar rupiah. Karena bahan baku produk tersebut tidak impor. Therefore, meski dolar naik, pelaku UMKM tidak bingung. “Barang kami memang dipasarkan ke Bali untuk ekspor.

Bahan-bahannya saya beli di sini, jadi tidak terpengaruh dolar,” kata Muhibut. Omzet UD Sidodadi itu setiap bulan mampu meraup untung sekitar Rp 30 juta dengan jumlah karyawan sembilan orang. Melihat kerja keras sejumlah UMKM yang mampu survive saat ekonomi melemah ini, Anas semakin optimistis terhadap daya saing UMKM.

“Selain bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, mereka mampu bertahan di tengah melemahnya rupiah atas dolar. Meski harus disiasati dengan menurunkan jumlah produksi demi menjaga agar tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK).

Saya berharap UMKM semacam ini kualitas dan kuantitasnya terus ditingkatkan,” harap Bupati Anas. (radar)