Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Semalam Bisa Mijat Delapan Penumpang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

semalamBanyaknya penumpang kapal yang menyeberang dari Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk menjadi lahan ekonomi tersendiri bagi para tukang pijat. Sebab, tak sedikit para penumpang kapal tersebut yang kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang. AKHIR pekan kemarin, saya bersama rombongan Banyuwangi Photography Club (BPC) tiba di Pelabuhan Gilimanuk setelah menempuh perjalanan panjang dari Pantai Kuta, Bali.

Sehari sebelumnya, saya bersama rombongan, sebanyak tiga mobil, mengikuti seminar photography di Hotel Harris, Denpasar. Setelah pelatihan, saya dan rombongan menyempatkan diri keliling Pantai Kuta. Perjalanan dari Pantai Kuta menuju Pelabuhan Gilimanuk cukup melelahkan. Apalagi, mulai berangkat Jumat (1/3) pukul 02.00 dini hari sampai pulang, semua rombongan nyaris tak ada yang istirahat.

Sehingga, semua benar-benar merasa lelah. Bahkan, ketika mobil yang kami tum pangi berada di atas kapal, ra sanya malas keluar dan naik ke tempat duduk penumpang. Saya be nar-benar ngantuk dan capek! Na mun, karena ingin menikmati su asana dini hari di atas kapal, saya bersama rombongan akhirnya memutuskan keluar dari mobil dan naik ke tempat duduk para penumpang.

Untuk menghilangkan rasa ngantuk, saya bersama beberapa teman BPC memesan kopi panas. Meski de mikian, mulai hilangnya rasa ngantuk, ternyata tidak dibarengi de ngan hilangnya rasa capek. Rupanya kondisi kami yang terlihat capek ini ditangkap Sulaiman, 27, seorang tukang pijat yang biasa mangkal di kapal penyeberangan Ketapang-Gilimanuk Sulaiman mendekati kami dan me nawarkan jasa pijat. Kontan, tawaran tersebut kami respons. Seorang teman dari BPC bernama Adam, asal Desa Taman Agung, Kecamatan Cluring, pijat di urutan per tama.

Dia langsung menaikkan kedua kakinya ke kursi penumpang yang kosong. Sulaiman pun mengeluarkan minyak urut dan mengoleskannya ke kaki Adam. Pelan tapi pasti, tangan Adam dipijat-pijat dan sesekali diurut. Meski beberapa kali terlihat memejamkan kedua matanya karena menahan sakit, tapi Adam terlihat menikmati pijatan suami Vita, 30, tersebut. Selain memijat kedua tangan dan kaki, Sulaiman juga memijit pundak dan beberapa bagian tubuh lain.

Tak butuh waktu lama, sekitar 20 menit ke mudian Adam sudah merasa lega. Capeknya hilang, dan dia terlihat bugar lagi. “Lumayan, pijatannya enak dan ongkosnya cukup Rp 20 ribu,” tutur Adam. Mendengar ucapan puas dari pasiennya, Su laiman hanya tersenyum. Lelaki yang su dah lama menjadi tukang pijat di kapal penyeberangan Selat Bali itu seolah ikut lega melihat Adam puas.

Awalnya, Sulaiman bukanlah tukang pijat. Sekitar empat tahun lalu dia masih menjadi penjual mainan di kapal penyeberangan tersebut. Profesinya sebagai tukang pijat dimulai tiga tahun lalu. Saat itu, ada seorang penumpang kapal dari Nusa Tenggara Barat tujuan Jawa yang terlihat kelelahan. Orang itu meminta Sulaiman memijatnya. Meski sudah bilang tidak bisa memijat, tapi si penumpang itu tetap minta dipijat. “Akhirnya ya saya turuti. Kebetulan malam
itu pas tidak ada tukang pijat,” tuturnya.

Usai memijat, ternyata si penumpang merasa puas. Sebagai bentuk terima kasih, penumpang itu merogoh kocek Rp 100 ribu. Usai memijat penumpang dari NTB dan menerima ongkos yang cukup setimpal tersebut, Sulaiman mulai berubah pikiran. Keesokan harinya dia alih profesi menjadi tukang pijat. Sejak itu, yang dia bawa adalah minyak pijat dan urut. “Sejak saat itu saya berhenti jualan dan memilih menjadi tukang pijat.

Saya biasa berangkat sore dan pulang pagi hari,” ungkap Sulaiman. Selain Sulaiman, di penyeberangan Selat Bali ternyata banyak tukang pijat lain. Jumlahnya sekitar 20 orang. Para penumpang kapal yang merasa kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh tak perlu khawatir. Sebab, tukang pijat siap melayani Anda.(radar)

Kata kunci yang digunakan :