Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Warga Minta Tambang Pasir Ditutup

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

ROGOJAMPI – Warga Dusun Lateng, Desa Gladag, Kecamatan Rogojampi, mengeluhkan penambangan pasir di areal persawahan yang ada di daerahnya. Mereka minta, tambang pasir yang berdekatan dengan perumahan penduduk itu ditutup.

Di antara warga yang menolak galian C itu, memasang palang dari bambu, kemarin (3/5). Mereka, juga memasang poster berisi peringatan dan penolakan penambangan pasir. “Warga menolak penambangan pasir,” cetus Sulaiman, 45, salah satu tokoh masyarakat setempat.

Penambangan pasir yang ada di daerahnya, jelas dia, itu dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Selain itu, galian C di persawahan juga mengganggu keberlangsungan pertanian. “Sawah yang digali untuk diambil pasir itu adalah sawah produktif yang baru selesai dipanen,” katanya.

Warga yang menolak penambangan pasir itu, juga tidak ingin akses jalan di kampungnya rusak. Dengan adanya galian C, banyak dump truck akan lewat dan itu merusak jalan. “Penggalian pasir baru di mulai Sabtu (2/5), mumpung masih baru harus segera ditutup,” pintunya.

Untuk penambangan pasir ini, masih kata dia, warga sekitar tidak pernah diajak komunikasi. Padahal, pemilik persawahan itu juga warga sekitar. “ Kami ini ada, jangan main gali seenaknya tanpa minta izin lingkungan,” katanya.

Kepala Desa Gladag, Kecamatan Rogojampi, A. Chaidir Sidqi, mengaku sudah mendengar penambangan pasir yang diminta ditutup oleh warga itu. “Saya tidak punya kewenangan untuk izin, saya sudah bertemu dengan pemiliknya, tapi saya juga tidak teken,” ungkapnya.

Saat menemui, jelas dia, pihaknya sudah menyampaikan pemilik persawahan untuk komunikasi dengan warga sekitar. Sebab, persyaratan untuk mengurus izin itu mendapat persetujuan dari warga sekitar. “Saya tidak berani tanda tangan,” cetusnya.

Sebelum ada proses penggalian, lanjut dia, pihak penambang pasir dan pemilik lahan sudah menyebar undangan ke rumah warga untuk membahas rencana penggalian pasir itu. Sayangnya, dari 40 orang yang diundang, hanya 12 orang saja yang hadir.

“Jadi baru 12 orang yang tanda tangan, lainnya tidak hadir,” katanya. Dengan adanya gejolak dari warga ini, pihaknya akan segera  mencarikan solusi terbaik dengan mempertemukan kedua pihak. Apalagi, pemilik lahan masih warganya sendiri. “ Kami akan bantu menyelesaikan agar tidak berlarutlarut,” tandasnya. (radar)