Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Harus Sesuai Kapasitas Muatan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

harus-sesuaIBERBEDA dengan kapal Bintang Fajar, pemilik kapal tradisional lain, Tahmuji, 48, mengaku sadar akan peraturan mengenai distribusi elpiji bersubsidi. Dia memang kerap mendistribusikan elpiji subsidi 3 Kg dari Banyuwangi ke Pulau Sapeken, namun tidak dalam jumlah yang banyak.

“Paling banyak hanya tiga hingga empat tabung. Itupun karena pesanan tetangga,” aku Tajmudi. Meski demikian, pria berkacamata ini tetap memberikan layanan kepada pedagang yang hendak mendistribusikan elpiji dalam jumlah besar.

Namun tetap, ia tetap membatasi jumlah tabung gas. “Maksimal tidak sampai seratus,” katanya. Tajmudi mengungkapkan, selama ini pedagang di Sapeken telah bergantung mensuplai kebutuhan sehari-hari termasuk gas di Banyuwangi.

“Kami lebih nyaman ambil gas di sini (Banyuwangi) daripada di Madura. Kami sudah membangun hubungan baik dengan masyarakat di sini,” terang Tajmudi. Untuk biaya angkut, secara mekanis distributor membayar lima persen dari harga keseluruhan elpiji yang dibawa pedagang.

“Pokoknya mereka membayar ongkos lima persen dari barang yang dibawa,” terangnya. Sementara itu, Badriyah, 57, tengkulak kebutuhan sehari-hari asal Kelurahan Kampung Mandar kemarin terlihat mengangkut sejumlah kebutuhan sehari-hari beserta sejumlah tabung gas elpiji ber warna biru dan hijau.

Saat ditanya, ia memang menyuplai sejumlah kebutuhan pokok ke Pulau Sapeken. Kata Badriyah, gas elpiji merupakan salah satu kebutuhan sehari-hari yang mendesak di Sapeken. Karena itu ia bersedia menjadi penyedia gas elpiji untuk pedagang-pedagang di salah satu kabupaten di Pulau Madura tersebut.

Sekali angkut ia bisa membawa sekitar 40 tabung gas elpiji 3 Kg dan 5 tabung gas elpiji ukuran 12 Kg. Untung yang diraup pun lumayan. Gas elpiji 3 Kg yang dibeli dengan harga Rp 17 ribu di Banyuwangi bisa dijual lagi dengan harga Rp 20 hinga Rp 25 ribu.

“Kalau tabung yang 12 Kg bisa sampai Rp 170 ribu lebih. Disini ambilnya Rp 150 ribu,” jelas Badriyah. Sementara itu, Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Wangi, Agus Sularto mengatakan, tidak ada larangan yang dikeluarkan oleh pihak pelabuhan apabila ada perahu yang membawa elpiji ke Pulau Sapeken.

Sebab, Pulau Sapeken memang termasuk pulau terpencil. “Tidak ada larangan kalau membawa elpiji ke sana,” kata Agus. Namun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi apabila ada kapal yang memang membawa elpiji ke Pulau Sapeken. Yang jelas, elpiji yang dibawa harus sesuai dengan kapasitas muatan kapal.

Selain itu, kapal yang membawa elpiji tersebut harus memiliki ventilasi udara yang cukup. “Asalkan ventilasinya cukup tidak apa-apa. Kalau elpiji tersebut ditaruh ditempat tertutup yang ada didalam kapal itu yang tidak boleh,” tambah Agus.

Ditanya apakah ada batasan jumlah elpiji yang di bawa kapal ke Pulau Sapeken, Agus menegaskan tidak ada batasan tentang jumlah tersebut. Asalkan, elpiji yang dibawa tersebut tidak melebihi kapasitas yang oleh kapal tersebut tidak menjadi masalah. “Pokoknya tidak melebihi kapasitas kapal. Itu juga untuk keselamatan kapal sendiri saat berlayar,” pungkas Agus Sularto. (radar)