Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Memanfaatkan Tutup Botol Bekas Menjadi Gas Pengisi Balon

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Abidi-meniupkan-gas-ke-balon-karakter-kemarin

TUTUP botol bekas minuman berenergi dan sirup yang berbahan aluminium banyak dibuang percuma. Tapi bagi Abidi, 31, warga Dusun Krajan, RT 3, RW 9, Desa Gladag, Kecamatan Rogojampi, botol bekas itu sangat bermanfaat. Tutup botol bekas yang mengandung bahan campuran  aluminium itu, bisa dimanfaatkan menjadi gas pengisi balon.

Untuk bisa mengubah tutup botol bekas itu menjadi gas, Abidi terlebih dahulu membakar untuk menghilangkan plastik dan melunturkan besi pada bagian tutup botol tersebut. Selanjutnya, dibiarkan terkena angin. Setelah permukaan  tutup botol itu dingin dan bersih, akan berubah menjadi  hitam ke abu-abuan.

“Bahan dasarnya serpihan aluminium itu,” katanya. Bahan baku berupa serpihan aluminium, sangat sulit didapatkan. Kalaupun ada, harganya  juga relatif mahal. Saat ini, kemasan produk   hampir semua berbahan plastik. “Dulu saya memanfaatkan bekas kemasan pasta gigi, tapi saat ini sangat sulit didapat,” katanya.

Teknik menciptakan gas, sebenarnya tidak sulit. Dia hanya memasukkan tutup botol bekas yang sudah selesai dibakar ke dalam tabung kedap udara. Setelah bahan dimasukkan, lalu dicampur sedikit air dan soda api sesuai takaran. Semua bahan yang telah tercampur  di dalam tabung kedap udara, diaduk-aduk meng gunakan besi lantas ditutup rapat.

“Butuh  waktu 20 menit, baru mulai berubah menjadi gas,” ungkapnya. Tabung yang digunakan untuk memproduksi gas tersebut, merupakan tiga tabung khusus  yang telah dimodifikasi sedemikian rupa. Ketiga tabung itu, satu tabung untuk memproduksi gas, dan dua tabung lain untuk menampung gas yang dihasilkan dengan dihubungkan melalui pipa.

Agar mengetahui tekanan udara, pada bagian tabung penampung gas diberikan jarum indikator. Bagian ujung selang ada tuas yang bentuknya mirip pelatuk. Jika dipencet, maka akan mengeluarkan angin dari dalam tabung. “Kalau  terlalu banyak campuran soda api dan bahan  serpihan aluminium, tabung cepat panas dan berbahaya. Kadang juga ketar-ketir, takut meledak,” ujar bapak satu anak itu.

Jika sudah berubah menjadi gas dan tabung  terisi penuh, dia pun mulai memasukkan lubang balon udara karakter ke dalam tuas, dan memencet perlahan hingga bentuk balon mengembang sempurna. Ujung balon diikat menggunakan benang nylon.

Satu per satu balon karakter tokoh kartun itu melambai-lambai di udara dengan kondisi terikat benang. Balon berbentuk tokoh kartun paling digemari  anak-anak, seperti Sponge Bob, Spiderman,  Barbie, Frozen, Marhsa, Hello Kitty, dan tokoh kartun lainnya.

Sayangnya, dari sekian tokoh kartun anak-anak itu tidak satu pun model kartun asli dari Indonesia, seperti si Unyil, Pak Ogah, atau pun Pak Raden. Semuanya, tokoh  kartun dari luar negeri. Satu balon karakter kartun, jika masih belum  terisi gas dijual dengan harga Rp 2.000. Tapi jika sudah terisi gas, bisa dijual dengan harga Rp 10  ribu per balon.

“Bahan bakunya sulit didapat, kalaupun ada harus mengumpulkan dengan memberi ongkos kepada para pemulung,” jelasnya. Meski terkesan sepele, namun untuk menjajakan  barang dagangannya itu, harus menunggu momen berkumpulnya warga dalam jumlah  besar, seperti pada kegiatan orang punya hajat  pernikahan, khitanan, jalan sehat, dan kegiatan  karnaval.

“Kalau bulan Agustus seperti ini lumayan ramai, karena banyak kegiatan,” cetusnya.  Jika ramai, dalam sehari Abidi mampu menjual hingga 50 balon. Tapi kalau sepi, paling banyak  hanya mampu menjual 10 buah balon. “Kadang juga pernah tidak laku sama sekali, dan pulang tidak membawa uang sepeser pun,” kenang suami Evi Nurhayati, 25 itu.

Selama berjualan keliling dari kampung-ke kampung menggunakan motor, dia juga membawa gerobak dagangan yang berisi mainan anak-anak. Berdagang kebutuhan anak-anak, memang mendatangkan rezeki  melimpah. “Kalau dagangan kebutuhan orang tua masih terbatas dan peminatnya sedikit, tapi kalau menyediakan kebutuhan anak-anak  pasti laku,” katanya. (radar)