Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Mengkaji Burung Hantu sebagai Predator Alami

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

mengkajiSerangan hama tikus yang melanda beberapa kecamatan jauh hari sudah diprediksi Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan (Dishutbun) Banyuwangi. Melalui satuan tugas (satgas) pemberantasan penyakit tanaman, tim tersebut hunting kebeberapa sentra pertanian untuk memelototi potensi hama yang akan muncul.

SATGAS pemberantasan penyakit di bentuk berdasar surat keputusan (SK) Bupati Banyuwangi. Dalam beraktivitas, tim tersebut melibatkan sejumlah pihak, yakni Dinas PKP, pihak kecamatan, penyuluh, dan kelompok tani. Tugas utama tim tersebut adalah meminimalkan serangan penyakit, hama, dan meningkatkan produksi padi. Tim satgas pemberantasan penyakit tersebut dipimpin kepala Dishutbun Banyuwangi. “Anggota satgas bukan perorangan tapi institusi,” papar Kepala Dishutbun Ikrori Hudanto.

Di masing-masing kecamatan, sat gas memiliki kepanjangan tangan yang bertugas mengawasi dan memelototi pergerakan hama yang muncul setiap saat. Satgas tersebut dibentuk dengan tujuan meningkatkan produksi padi. Salah satu ancaman terbesar yang dapat menurunkan pro duksi padi adalah serangan hama. Hama berpotensi menurunkan produksi padi. “Tahun 2011 produksi padi kita turun, ka rena banyak petani gagal panen karena se rangan wereng,” ungkap Ikrori. Serangan tikus terjadi pada musim hu janpertama, yakni Desember hingga Ja nuari.

Pada musim hujan-pertama ini, di Ba nyuwangi ada sekitar 23 ribu ha tanaman padi. Untuk mengamankan 23 ribu ha tanaman padi itu, satgas rutin hunting ke beberapa lo kasi. Dalam dua tahun terakhir, tutur Ikrori, terjadi pergeseran pola serangan ti kus. Di tahun-tahun sebelumnya, hama tikus memilih lokasi untuk ngumpet di sekitar sawah tempat padi di taman. Kini pola itu berubah. Tikus tidak lagi menetap di sawah, melainkan berpindah-pindah ke perkebunan dan pohon-pohon yang jauh dari sawah. Tikus biasanya menyerang tanaman padi pada malam hari.

Perubahan pola serangan itu menyulitkan tim satgas dalam memberantas tikus. Kalau hama tikus berada di sekitar tanaman, pemberantasan lebih mudah. Sebab, hama tikus akan membuat lubang-lubang yang mu dah dideteksi. Hama tikus saat ini sulit diberantas karena jejaknya susah dideteksi. Jejak sulit dideteksi, karena liangnya pindah-pin dah dan jauh dari lahan tanaman padi. “Pemberantasan hanya bisa lewat racun. Sebab, tikus menyerang pada malam hari,” kata Ikrori. Selama ini, ada dua jenis tikus yang biasa menyerang tanaman padi, yaitu rattus argentiventer (tikus sawah) dan rattus exulans (tikus semak).

Berdasar pengamatan satgas, tikus yang menyerang tanaman padi di beberapa lokasi itu adalah rattus exulans. Tikus jenis rattus exulans memiliki ciri-ciri lebih kecil daripada rattus argentiventer, pandai memanjat pohon, dan biasa hidup di semak. Penyebab utama serangan tikus adalah pola tanam padi secara terus-menerus, sehingga selalu tersedia padi sebagai makanan hama (siklus hama tidak terputus), kondisi cuaca ekstrem yang kondusif bagi perkembangan hama, dan ketidak seimbangan ekosistem yang menyebabkan musuh alami tikus berkurang sehingga populasi tikus meningkat.

Untuk meminimalkan serangan tikus, satg as akan mengkaji dan menganalisis pem biakan burung hantu (Tyto alba) sebagai predator tikus. Sebab, burung han tu adalah pemangsa tikus dan mampu memangsa tikus hingga lima ekor tiap hari. Sementara itu, pengendalian tikus dapat di lakukan dengan beberapa langkah. Per tama, melakukan penanaman ber selang, ti dak menanam padi terus- menerus, dan penanaman padi di lakukan secara serentak. Kedua, mem bersihkan gulma, rum put, dan semak- semak di sekitar lahan per tanian. Ketiga, menggunakan pagar plastik di sekeliling tanaman padi dan pe ma sangan perangkap di beberapa titik.

Keempat, melakukan pengemposan asap belerang di setiap lubang aktif di sekitar tanaman padi. Pengendalian secara kimia bisa dilakukan menggunakan rodentisida (racun tikus). Ada dua jenis racun tikus, yaitu racun akut (dapat membunuh seketika) dan racun kronis (disebut juga antikoagulan, yaitu racun bekerja efektif setelah dimakan tikus beberapa kali sehingga menghindari tikus jera umpan). Pengendalian tikus menggunakan racun umpan akan efektif apabila padi belum berbuah. Jika padi sudah berbuah, terutama saat masak susu, maka sulit dilakukan. Sebab, padi masak susu merupakan makanan yang disukai tikus.

Dengan demikian, gropoyokan atau pengemposan lubang-lubang tikus secara masal adalah cara yang paling efektif untuk kondisi  semacam itu.Kunci utama suksesnya pemberantasan tikus adalah gerakan secara masal, serentak, dan dalam areal yang luas. Hama tikus tidak mungkin dapat diberantas dengan cara sendiri-sendiri. Petani harus aktif secara berkelompok melalui kelompok tani dan di dampingi petugas teknis pertanian. “Serangan tikus belum begitu meluas. Dari 23 ribu hektare tanaman padi yang ada, yang terkena serangan hanya sekitar 218 hektare. Sebelum meluas, satgas akan melakukan berbagai langkah,” tutur Ikrori. (radar)