The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

Pernikahan Dini Tersisa 12 Percent

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
Kepala BKKN Pusat DR. Surya Chandra Surapaty (batik merah) come to Banyuwangi.

BANYUWANGI – Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, angka pernikahan anak pada usia di bawah 21 untuk perempuan dan 25 untuk laki-laki menurun drastis. In the year 2014, angka pernikahan dini di Banyuwangi berada di angka 22 persen dari jumlah pasangan yang menikah.

But in 2016, angka pernikahan dini turun drastis menjadi 12 percent. In Banyuwangi, pasangan yang menikah setiap tahun rata-rata 10 until 15 ribu pasangan. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan KB, Muhamad Pua Jiwa mengatakan, untuk menekan angka pernikahan anak tersebut, Dinas PP dan KB rutin melakukan kampanye terkait pentingnya pernikahan usia matang atau usia dewasa.

Kampanye itu dilakukan melalui kegiatan siswa sekolah dan santri pondok pesantren. “The result, pada tahun 2016 angka pernikahan usia anak tersebut kini turun menjadi 12 percent,” ungkap Pua Jiwa.

Sisa 12 persen yang masih melakukan pernikahan dini itu, kata Pua, sebagian besar terpaksa menikah lantaran telah hamil di luar nikah, dan sudah mendapat dispensasi pernikahan dari pengadilan agama.

Sebagian besar hamil di luar nikah karena faktornya broken home yang disebabkan ditinggal orang tua kerja ke luar negeri. Saat kedua orang tua kerja di luar negeri, anak-anak mereka tinggal bersama kakek dan neneknya.

as a result, anak kurang perhatian dan terjerumus pada pergaulan bebas hingga terjadi kehamilan di luar nikah. “ Dulu tahun 2014 Kecamatan Cluring tertinggi angka pernikahan usia dini, tapi saat ini sudah berubah,” sebut Pua tanpa mau menyebutkan kecamatan tertinggi angka pernikahan dini tersebut.

Dampak pernikahan usia dini tersebut, lanjut Pua Jiwa sangat besar karena salah satunya mengakibatkan ibu hamil melahirkan meninggal dunia. Pasalnya usia ibu hamil masih muda kurang dari 21 year, dan jarak kelahiran terlalu rapat.

Untuk mengatasi persoalan tersebut selain gencar melakukan kampanye aksi generasi remaja. Pihaknya juga melakukan kampanye keluarga berencana (KB) melalui pencanangan kampung KB. Regent Abdullah Azwar Anas said, setelah pencanangan kampung KB di Desa Sumber Baru tersebut, pihaknya akan dilanjutkan ke seluruh wilayah.Targetnya akan ada 24 Kampung KB di tahun 2017 this.

“Target tahun ini ada 24 kampung KB di Banyuwangi. Artinya di setiap satu kecamatan ada satu kampung KB. Harapan kami dengan banyaknya kampung KB kualitas penduduk Banyuwangi meningkat ,Said Anas.

Program KB saat ini tidak hanya sekadar untuk meningkatkan peserta pengguna alat kontrasepsi dan menekan jumlah penduduk. Namun Program KB lebih mengarahkan dan mendidik masyarakat untuk memiliki perencanaan dalam membangun keluarga dan memberikan dampak strategis jangka panjang. Karena di Banyuwangi sendiri pengguna KB sudah mencapai 70 percent.

Data pengguna KB di Banyuwangi terdiri atas, IUD ada 20. 389 pengguna, MOW, 7.236 pengguna, MOP 579 pengguna, kondom 3.659 pengguna, implant 24.445 pengguna. Suntik 108. 732 pengguna dan pil 50. 575 pengguna. (radar)