Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Lestarikan Ikon Banyuwangi, Intens Berlatih Tari Gandrung

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

lestariMengisi liburan sekolah dengan mengunjungi tempat wisata memang sudah jamak dilakoni para pelajar. Namun, hal itu tidak berlaku bagi puluhan siswa asal Kecamatan Wongsorejo. Mereka lebih memilih berlatih tari gandrung untuk mengusir jenuh akibat rutinitas belajar sehari-hari. Matahari bersinar terik di wilayah Kecamatan Wongsorejo dan sekitarnya siang itu (24/12). Dalam kondisi cuaca yang cukup “menyiksa” terutama bagi mereka yang beraktivitas di luar ruangan, empat remaja putri berjalan kaki menyusuri tepi jalan raya di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Wong so rejo, dari arah utara.

Sesampai di salah satu mulut gang di sisi timur jalan poros jurusan Banyuwangi- Situbondo tersebut, lang kah kaki pelajar tingkat SMA itu terhenti sejenak. Ternyata mereka menunggu sekelompok remaja lain yang berjalan dari arah berlawanan. Sejurus kemudian, dua kelompok remaja itu bertemu. Setelah itu, mereka berjalan bersama-sama sejauh kurang-lebih seratus meter menuju kerumunan warga di tengah perkampungan padat penduduk tersebut.

Belakangan diketahui, lokasi yang dituju be berapa pelajar itu adalah Sanggar Wongso Arum. Maklum, mereka merupakan siswa bi naan sanggar tari tersebut. Ya, selama libur panjang sekolah kali ini, para pelajar tersebut memang memilih intens berlatih tari dibandingkan pergi ketempat-tempat wisata. Bukan sekadar untuk meningkatkan kemampuan, mereka juga berniat melestarikan tari gandrung yang merupakan kebanggaan sekaligus ikon Bumi Blambangan.

Masyarakat Banyuwangi pun patut berbangga. Sebab, upaya pelestarian budaya itu tidak hanya dilakukan pelajar tingkat SMP atau SMA/sederajat. Sebaliknya, siswi ting kat SD yang bernaung di sanggar tari itu juga memiliki tekad yang sama dalam upaya pelestarian budaya warisan leluhur tersebut. Dwi Mediana, salah satu pelajar kelas XI SMA yang tergabung dalam Sanggar Wongso Arum mengatakan, dirinya lebih memilih intens berlatih tari gandrung dari pada menghabiskan liburan dengan sekadar bermain atau berwisata.

“Sebab, selain bisa mengusir jenuh, dengan rutin berlatih, kemampuan saya dalam menari gandrung akan meningkat,” ujarnya. Dikatakan, dirinya tertarik belajar tari gandrung lantaran tarian tersebut merupakan ikon sekaligus kebanggaan masyarakat Banyuwangi. “Saya ingin melestarikan tari gandrung. Selain itu, saya ingin terus mengembangkan bakat menari yang saya miliki,” kata dia. Gadis yang karib disapa Dian itu menambahkan,  di hari-hari biasa, latihan tari gandrung rutin digelar hari Minggu.

Namun, saat libur panjang seperti saat ini, jad wal berlatih tari gandrung diintensifkan men jadi setiap hari. “Sampai saat ini saya sudah bisa menghafal gerakan-gerakan tari Jejer Gandrung yang biasa ditampilkan dalam acara penyambutan tamu di Banyuwangi,” cetusnya. Riadi Saputra, pelatih dan pemilik Sanggar Wongso Arum mengatakan, mes kipun mayoritas anak didik sanggar tersebut bukan asli suku Osing, tapi mereka sangat antusias belajar tari gandrung. Itu tergambar dari antusiasme pelajar tersebut belajar tari gandrung pada musim liburan kali ini.

Bukannya berwisata, anak didik Riadi itu justru intens berlatih. Menurut Riadi, masa liburan kali ini dija dikan kesempatan untuk mematangkan ke mampuan gerak tubuh anak didiknya da lam menari gandrung. “Gerakan anakanak sudah cukup bagus,” kata dia bangga. Namun demikian, Riadi mengaku masih ke sulitan mengajarkan ekspresi wajah ke pada anak-anak didiknya tersebut. “Kesulitan memang terletak di ekspresi anak-anak saat menari. Saat menari, smile(senyum) mereka masih kurang,” pungkasnya. (radar)