Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Seorang Penonton Diseruduk Kebo

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

seorangSEMENEP itu, prosesi kebo-keboan di Desa Alas Malang, Kecamatan singojuruh berlangsung meriah. kemarin. Prosesi ider bumi ini melibatkan 45 pasang kebo-keboan. Mereka melakukan ider bumi dengan mengelilingi jalan-jalan desa hingga berakhir di lokasi prosesi kebo-keboan. Beberapa saat sebelum kebo-keboan datang. digelar prosesi tumpangan yang dipimpin seorang pawang. Dalam prosesi ini, salah satu pawang memimpin doa untuk keselamatan seluruh warga dan juga desa. Usai doa, seluruh undangan menyantap makanan pecel pitek dan nasi tumpeng.

Tak berselang lama, suasana menjadi gaduh saat para kebo yang berdandan hitam menuju arena yang telah disiapkan. Mereka melakukan proses brujul atau membajak sawah dengan menarik alat bajak. Awalnya kerbau di sawah. Setelah itu, mereka melakukan teter atau meratakan sawah yang telah dibajak untuk siap ditanami bibit padi. Menurut Samin, salah seorang panitia, sebidang tanah yang telah disiapkan untuk arena tersebut di masing-masing sudut telah dipasangi anjer atau sebilah batok kelapa sebagai simbol bahwa tanah yang telah di teter tidak boleh dijadikan arena bermain atau dengan kata lain barang siapa yang nekat masuk ke dalamnya maka akan ditangkap dan dihalau oleh pasukan kebo ini. 

Beberapa penonton yang nekat memasuki arena menjadi buruan para kerbau. Di antara mereka ada yang iseng hanya ingin masuk supaya dikejar kebo-keboan. Namun ada juga yang masuk dengan maksud mencuri atau mengambil benih padi yang ada. Warga meyakini dengan mengambil bibit padi, hasil panen bisa melimpah. “Kepercayaan masyarakat kalau bisa mengambil bibit itu, padinya akan turubuli subur,” kata Sarpin. Di akhir sesi, seorang perempuan yang digambarkan sebagai Dewi Sri kemudian datang ke tengah para kebo-keboan dan memberikan beras kuning sebagai penawar dan tanda terima kasih kepada kebo yang telah membantu para petani merawat dan melakukan penanaman di sawah.

“Itu yang diusapkan dan diberikan beras kuning, sebagai bentuk terima kasih, “jelas sarpin. Sarpin menambahkan, para pemeran kebo-keboan di Alas Malang tidak dihaluskan memiliki persyaratan khusus. Secara umum mereka adalah pria yang tidak bermasalah. “Bisa siapa saja, pemuda yang tidak bermasalah,” ungkapnya. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang hadir dalam acara itu berkomitmen untuk mendukung, menjaga, dan mengemas kegiatan adat masyarakat sebaik mungkin. Tempat penyelenggaraan dan juga waktu pelaksanaan diharapkan memang benar-benar bisa sesuai dengan asalnya. “Agar budaya lokal lebih membumi, karena tidak hanya di alun-alun dan di depan pemkab,” ujarnya. (radar)