The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

Bisnis Manis Pentol Krikil ala Eko Setia Budi

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Pekerjakan 12 Karyawan, Punya Empat Murid

TANGAN Eko tak henti-hentinya mengaduk bulatan-bulatan kecil pentol krikil dari tempatnya pagi itu. Beberapa pembeli dengan penuh kesabaran menunggu pentol krikil yang diberikan Eko. Mereka yang sudah dapat jatah langsung mencampur bulatan daging beukuran kelereng tersebut dengan kecap, saus, dan sambal yang sudah disediakan di gerobak milik pria beruaia 41 that year.

Sudah tujuh tahun lebih Eko membuka usaha pentol krikil di depan kampus Stikes Banyuwangi. Nyaris semua angkatan bidan atau perawat yang berkuliah di Stikes bisa dipastikan mengenal pria yang selalu menggunakan blangkon saat berjualan pentol krikil tersebut.

“Kalau ditotal sudah 10 tahun jadi penjual pentol krikil. Saya jualan mulai kampusnya masih bernama Akper di Timur Dinas kesehatan sana,” ujar Eko. Sebelum berjualan pentol krikil, pria yang tidak tuntas menyelesaikan pendidikan SMK-nya itu mengaku berjualan bakso di depan SD Al-Khairiyah.

However, setelah melihat banyaknya mahasiswa Akper yang berkuliah, Eko mulai berpikir untuk berjualan di dekat kampus Stikes. Dia pun merubah dagangannya yang sebelumnya pentol bakso menjadi pentol berukuran kecil-kecil yang kemudian dikenal dengan pentol krikil.

“Daya beli mahasiswa berbeda. Lagi pula mereka ini maunya yang lebih praktis, jadi saya buat bakso yang ekonomis, ya pentol krikil ini,” jelas Eko. Dimulai dari situ, Eko pun tekun menjalani bisnisnya. Meski awalnya kecil, tetapi lama kelamaan pembelinya semakin banyak.

Selain mahasiswa Akper, beberapa pegawai RSUD, Health Office, guru-guru dan warga yang ada di sekitar tempatnya berjualan mulai ikut menjadi pelanggannya. They, bahkan tetap menjadi pembeli setia setelah Eko memindahkan rombong pentol krikilnya ke kampus Stikes yang berada di sebelah barat kantor BPJS Kesehatan. Even, tak jarang mereka mengeluh jika Eko libur berjualan.

“Kalau ditanya untung, ya lumayan. Dulu ketika berjualan bakso daging sapinya jauh lebih banyak. Sekarang kalau bakso kerikil porsinya lebih sedikit. 70 persen daging ayam, 30 persen daging sapi,he explained. Selain pentol krikil yang menjadi menu utama, Eko juga menyiapkan beberapa menu seperti siomay basah, siomay kering, tahu basah, tahu kering, dan pentol berukuran sedang.

Seiring semakin banyaknya pembeli yang menyerbu rombongnya, Eko pun mengaku mulai kerepotan. Sampai akhirnya kemudian Eko mempekerjakan sekitar 12 orang tetangganya untuk membantu memproduksi pentol krikil. Setiap hari usai dirinya berbelanja daging sapi dan daging ayam di pasar, belasan orang itu akan datang untuk membantu membuat pentol krikil.

Di rumahnya yang berada di Jalan Teratai Kelurahan Singomayan, tetangganya itu membantu membuat pentol-pentol krikil. Besides that, dalam sebulan terakhir Eko mengaku mulai merambah bisnis sempol. Tetangga-tetangganya juga ikut membantu membuat sempol. Mereka mendapat bayaran Rp 50 per tusuk untuk sempol dan Rp 20 ribu untuk tiap ember pentol krikil.

“Rata-rata tetangga saya yang kurang mampu ikut bekerja membuat pentol krikil dan sempol. Ini juga siomay kering barang titipan dari anak yatim. Saya tidak ambil untung sama sekali dari barang-barang titipan. Saya senang sudah bisa membantu,” kata bapak satu anak itu.

Setiap harinya Eko mengaku bisa menjual ratusan butir pentol krikil yang dibuat dari 70 kilogram daging ayam dan 10 kilogram daging sapi. Totalnya ada 80 kilogram daging untuk setiap hari. “Saya jualan dari pukul 08.00 Until what time 12.00. Nanti kalau habis istri saya mengantar dari rumah pentol krikil hasil yang dikerjakan tetangga-tetangga saya. Kalau membuat sendiri sekarang tidak sanggup,” ujar alumni SMPN 1 Giri it.

Meski pentol krikil yang dijualnya boleh dibilang cukup ramai karena pembeli tak kunjung berhenti datang ke rombong milik Eko, namun pria murah senyum itu mengaku tak membuka cabang. It is just, ada beberapa orang yang datang kepadanya untuk berguru dan meminta resep cara membuat pentol krikil. Jadilah kemudian Eko mengajari orang-orang itu untuk membuat pentol krikil seperti yang dibuatnya.

Mereka yang sudah belajar kepada Eko kemudian membuka usaha serupa di beberapa tempat seperti Timur Hotel Warata, Kampus Universitas Banyuwangi, dekat Supermarket Mitra Rogojampi dan depan SDN AL-Khairiyah. “Mereka datang ke saya minta di ajari. Ya saya ajari saja, syukur-syukur jadi rejeki mereka. Menurut saya rejeki ini sudah ada yang mengatur. Buktinya mereka berjualan pembeli saya tetap seperti biasanya,” kata Eko sambil tersenyum.

Penjual pentol krikil yang terkenal dengan pentol Stikes itu tampak cukup disukai oleh para pembelinya. During 30 menit Jawa Pos Radar Banyuwangi menemani Eko berjualan, sudah ada lebih dari 40 orang yang datang dan pergi untuk membeli pentol krikil.

“Tidak ada duanya kalau Pak Eko ini. Meskipun ada orang lain yang jualan pentol krikil, rasanya jauh. Jadi mending saya nunggu Pak Eko saja,” ujar Eli, salah seorang perawat yang membeli pentol krikil. (radar)

Keywords used :