The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

TN Alas Purwo Diusulkan Jadi Cagar Biosfer Dunia

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

BANYUWANGI – Taman Nasional Alas Purwo dan Gunung Ijen diusulkan menjadi nominasi cagar biosfer
dunia oleh pemerintah Indonesia. Rencana itu disampaikan Executive Director Komite Nasional Program MAB-UNESCO LIPI Prof. Dr. Ir. AND. Purwanto saat bertemu Bupati Abdullah Azwar Anas awal bulan lalu.

Prof Purwanto bertemu Bupati Anas untuk meminta rekomendasi dan dukungan masyarakat Banyuwangi mengegolkan rencana pemerintah pusat itu. Prof. Purwanto menjelaskan, Cagar Biosfer (Biosphere Reserves) merupakan situs yang ditunjuk berbagai negara melalui kerjasama program Man and The Biosphere Programme (MAB) United Nations Education Social and Cultural Organization (UNESCO ) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan.

Salah satu syarat sebuah situs bisa dijadikan nominasi adalah rekomendasi dari stakeholder terkait termasuk pemerintah daerah di mana situs tersebut berada. “Kami datang untuk meminta rekomendasi Pemkab Banyuwangi untuk mendukung Taman Nasional Alas Purwo dan Gunung Ijen diusulkan sebagai nominasi Cagar Biosfer dunia,” kata Prof. Purwanto yang juga hadir bersama Kepala Balai Nasional TN Alas Purwo Kholid Indarto dan Kepala Bidang Pemantapan Kawasan Dinas Kehutanan Provinsi Jatim I Nyoman Winata.

Purwanto says, pemerintah Indonesia melalui rekomendasi dari Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur memilih empat situs untuk menjadi nominasi cagar Biosfer yakni TN Alas Purwo, Gunung Ijen, TN Meru Batiri dan TN Baluran.

Keempat lokasi ini akan diusulkan sebagai satu kesatuan cagar biosfer yang akan dinamakan Cagar Biosfer Blambangan. Meski dijadikan satu tapi nanti tidak akan ada perubahan status atas pengelolaan cagar tersebut. “Tidak akan ada konsekuensi terhadap status pengelolaan atau kepemilikan semuanya tetap seperti semula.

Dengan menjadi cagar biosfer hanya pola pikir kita yang akan berubah dalam mengelola cagar tersebut,” ujar Purwanto. Tujuan cagar biosfer kata Purwanto, adalah menggabungkan pelestarian keanekaragaman hayati dengan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan.

Dalam Cagar Biosfer tiap-tiap tempat akan diberi zonasi yang terdiri atas area inti (core area) yakni kawasan konservasi dengan luas yang memadai, zona penyangga (buffer zone) yakni wilayah yang mengelilingi atau berdampingan dengan area inti serta area transisi (transition zone) yakni wilayah terluar dan terluas yang mengelilingi atau berdampingan dengan zona penyangga.

“Area Inti merupakan area konservasi yang tidak boleh diutak-atik dan ada di bawah perlindungan hukum, sedangkan zona penyangga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang mendukung konservasi,” kata Purwanto.

Sementara area transisi, lanjut Purwanto, menjadi wilayah untuk kegiatankegiatan pengelolaan sumber daya alam secara lestari dan model-model pembangunan berkelanjutan yang bisa dipromosikan dan dikembangkan. Cagar biosfer dunia ada beberapa keuntungan yang didapatkan masyarakat di sekitar cagar berada.

Pertama adalah keuntungan ekologi dimana sumberdaya alam hayati dan budaya didalam cagar terlindungi dan terkelola dengan baik. Kedua keuntungan ekonomi di mana pengelolaan wilayah sekitar akan dikembangkan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat sekitar.

“Ini juga akan menjadi promosi yang strategis bagi daerah karena ada 120 negara yang menjadi anggota MAB-UNESCO yang setiap tahunnya melakukan pertemuan dan sharing tentang cagar budaya biosfer,Purwanto added.

Sementara itu Bupati Abdullah Azwar Anas mendukung TN Alas Purwo dan Gunung Ijen menjadi nominasi cagar biosfer. Sebab ini selaras dengan konsep ekoturisme yang diusung oleh daerah. “Kami akan memberikan rekomendasi.

Kami sangat support dengan pengajuan nominasi TN Alas Purwo dan Gunung Ijen sebagai cagar biosfer. Ini sejalan dengan konsep pengembangan wisata kami yang menyuguhkan lingkungan tetap lestari dan apa adanya,Said Anas. (radar)