Tidak Mudah Menyerah, Merasa Jadi Orang Terpilih
MENJADI yang terbaik di segala bidang adalah sebuah impian semua orang. Namun, hal itu tidak terlalu diutamakan bagi Oktavia Rahmawati. Setiap menjalankan pekerjaan, dia lebih mengutamakan kerja keras dan tidak mudah menyerah.
Soal hasil bisa dibicarakan belakangan. Menurutnya, apalah arti sebuah mimpi jika tidak dibarengi kerja keras dalam melakukan sesuatu. Kata itulah yang sampai saat ini menjadi prinsip hidup perempuan kelahiran Banyuwangi 23 Oktober 1994 itu.
Terbukti, berkat prinsip yang dia jalani itu, Oktavia berhasil menjadi yang terbaik dari 56 taruna AKABA lain yang mayoritas laki-laki. Raihan IPK tertinggi itu telah dia jadikan kado terindah untuk orang tuanya. Selama ini orang tua Oktavia menjadi penyemangat di setiap langkah dalam melaksanakan sesuatu.
”Orang tua baru tahu IPK saya tertinggi saat wisuda. Ini saya jadikan kado terindah untuk orang tua saya,” ujar anak kedua pasangan Kamali dan Klumpuk Murtina itu. Oktavia menceritakan, sistem pembelajaran para taruna kelautan di AKABA merupakan hal baru di hidupnya.
Bahkan, karena merasa asing dengan sistem pembelajaran semi militer di kampus AKABA, pada awal masuk kuliah dulu dia sempat putus asa dan berpikir keluar kampus. Namun, hal itu urung dia lakukan. Berkat dukungan teman- temannya, akhirnya dia memilih meneruskan pendidikannya di AKABA.
Lambat laun dia mulai terbiasa dengan sistem pembelajaran di AKABA, hingga akhirnya dia merasa enjoy meneruskan pendidikannya di kampus yang beralamat di Jl. Transmigrasi No 05 Desa Ketapang, Kalipuro, itu. Hal baru banyak dia dapatkan dari AKABA.
Yang paling berkesan hingga saat ini adalah jiwa komando satu rasa (korsa) setiap taruna. Jiwa korsa ini dirasa sangat bermanfaat bagi dirinya untuk menjalankan aktivitas di dalam kampus maupun di luar kampus. ”Jiwa korsa di AKABA sangat tinggi. Itu yang paling saya suka. Kalau saya butuh pertolongan, teman-teman bisa langsung menolong saya tanpa saya suruh. Begitu juga sebaliknya,” jelasnya.
Hal paling berkesan yang sampai saat ini masih dia ingat adalah pada saat penanaman jiwa korsa yang dilakukan pihak kampus kepada setiap taruna Di awal-awal perkuliahan dulu, dia dan teman-temannya diminta pihak kampus saling berbagi dengan temannya. Caranya dengan memakan satu buah permen dengan cara bergantian sampai habis.
”Wah, itu pengalaman yang paling tidak terlupakan. Awalnya jijik, tapi ada manfaat besar di balik itu, yaitu menumbuhkan jiwa korsa,” terang perempuan yang tinggal di Dusun Krajan, RT04/RW04 Desa Tegalharjo, Glenmore, itu. Berbagai pengalaman itu menjadi memori yang sangat indah bagi Oktavia.
Raihan IPK tertinggi itu akan dijadikan motivasi dirinya agar lebih giat menggapai sesuatu yang lebih besar. Cita-citanya sebagai administrator pelabuhan akan dia kejar setelah lulus dari AKABA.
”Kepada adik-adik tingkat saya, saya harap tetap berusaha menjadi yang terbaik dan jangan mudah putus asa. Untuk AKABA mudah-mudahan bisa menjadi kampus yang cerdas dan mencerdaskan,” pungkasnya. (radar)