The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Law  

Dicubit Masal Teman Sekelas, Parents Report Police

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Diduga Diperintah Oknum Guru

BANYUWANGI – Peristiwa kekerasan terjadi di jurusan pelayaran SMKN 1 Glagah kemarin (26/1). Ridho Aji Pramudya, siswa kelas X jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI) campus 2 Vocational High School 1 Glagah, mengaku dicubit keroyokan oleh teman sekelasnya.

The irony, aksi ‘’pencubitan’’ masal yang mengakibatkan bekas lebam di dada siswa itu diduga dilakukan atas perintah oknum guru. Akibat aksi cubit masal itu, siswa asal Desa Gambiran, Kecamatan Gambiran itu melapor ke Polres Banyuwangi kemarin.

Dia lapor didampingi kedua orang tuanya terkait beberapa bekas cubitan yang diterimanya. Saat wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi menemui Ridho bersama orang tuanya, pasangan Kristriyanto dan Anita Ratna Sari di SMKN 1 Glagah siang kemarin, siswa berpotongan cepak itu tam pak cukup serius menceritakan peristiwa yang menimpa dirinya.

Ridho mengaku kesal karena peristiwa ini sudah terjadi dua kali. Anak dari pasangan Kristriyanto dan Anita Ratna Sari itu menceritakan, bahwa pengeroyokan itu berawal saat dirinya berbicara dengan temannya di tengah pelajaran matematika Berlangsung Rabu lalu (25/1).

At that time, Ridho bertanya kepada teman yang duduk di belakang bangkunya, tentang kartu pengenal miliknya yang terjatuh. Karena sesuai aturan sekolah, siswa yang tidak mengenakan kartu tersebut akan dihukum. Sehingga Ridho khawatir dirinya akan dihukum karena kartunya terjatuh.

Baru sebentar saja bertanya dengan temannya, Ridho tiba-tiba dipanggil oleh guru matematika yang berinisial A. Siswa itu pun berusaha menjelaskan alasannya menoleh ke belakang saat pelajaran berlangsung. Bukannya menerima alasan, guru itu langsung memerintahkan teman-temannya untuk mencubit dan menampar Ridho.

“Mereka satu per satu menampar, ada yang mencubit saya. Disuruh keras (menampar), kalau yang pelaN (menamparnya) nanti akan ditampar sendiri sama gurunya,” jelas Ridho. Akibat tindakan itu, Ridho mengalami luka lebam bekas cubitan yang tampak hitam di bagian dada kiri dan kanan.

Seeing the incident, Anita Ratna Sari, ibu kandung Ridho langsung naik pitam. Dia pun berusaha meminta penjelasan ke sekolah. Namun karena merasa kurang puas dengan jawaban sekolah, Anita kemudian memilih melaporkan kejadian yang dialami putranya ke Polres Banyuwangi.

“Kejadian ini bukan yang pertama kali. Dua minggu sebelumnya, anak saya juga ditampar dan dipukul sama seniornya yakni AP dan LF,’’ ungkap perempuan itu. Menurut Anita, pihak sekolah juga berbelit-belit dalam menyikapi kasus kekerasan saat itu.

''But, kepala sekolah sempat berjanji akan menjamin kalau anak saya tidak akan mendapat tindakan kekerasan lagi. Tapi ternyata bohong, makannya saya langsung lapor polisi,” kata Anita. Meanwhile, sebelum melapor ke Polres Banyuwangi, Anita semPat berniat membuat laporan ke Polsek Gambiran.

However, karena tempat kejadian berada di wilayah Kecamatan Glagah, Anita disarankan untuk lapor ke Polsek Glagah. Setelah ke Polsek Glagah, petugas kemudian menga rahkan agar yang bersangkutan lapor langsung ke Polres Banyuwangi.

Usai melapor ke Polres, Anita bersama suaminya kembali mencoba menemui kepala sekolah. Tetapi bukannya dipermudah, dirinya malah dimarahi karena telah melaporkan peristiwa yang terjadi pada anaknya ke media massa. even though, Anita hanya ingin dirinya dimediasi dan dipertemukan dengan oknum guru yang memerintahkan pengeroyokan terhadap anaknya.

“Saya hanya ingin tahu alasannya. Kenapa anak saya sampai dihukum seperti itu. Apa tidak ada hukuman lain? Kalau sekolah bisa memediasi, pasti tidak terjadi seperti ini. Saya juga lapor ke media massa karena sekolah tidak bisa menyelesaikan masalah ini dengan tepat,” beber Anita.

Akibat peristiwa ini, Anita mengaku akan memindahkan anaknya dari SMKN 1 Glagah. Meski dia sempat ditawari oleh sekolah supaya anaknya dipindah ke jurusan lain, namun Anita mengaku khawatir anaknya akan menjadi incaran oknum guru.

“Wong setelah kejadian pertama itu, anak saya sudah diancam salah satu oknum guru kalau dia bakalan tidak naik sekolah. Saya tidak yakin sekolah nantinya bisa melindungi. Daripada nanti kejadian kekerasan seperti di STIP, lebih baik dia saya pindah. At the moment, saya juga masih menanti hasil visum,” he said.

Meanwhile, pihak SMKN Glagah saat berusaha dikonfirmasi langsung wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi mengaku masih menelusuri kasus ini. Wakasek Bidang Humas SMKN 1 Glagah, Bunawi mengaku belum bisa memberikan keterangan lengkap.

At the moment, he said, pihak sekolah masih mencoba menggali fakta dari para guru yang bertugas di Kampus 2 Jurusan Pelayaran SMKN 1 Glagah. “Biasanya masalah seperti ini akan kita selesaikan sesuai kehendak orang tua. Tapi untuk ini, saya belum bisa bicara. Karena kami terus terang belum menerima laporan dari sekolah,” jelas Bunawi.

sadly, oknum wartawan belum berhasil menemui oknum guru yang diduga memerintahkan pencubitan masal itu. Saat dicari di sekolah siang kemarin, guru yang bersangkutan tidak ada. (radar)