Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

404 Hektare Padi Terserang Hama

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Terjadi pada Musim Tanam Pertama

BANYUWANGI – Sekitar 404,47 hektare taman padi musim tanam pertama Januari hingga April 2015 diserang organisme pengganggu tanaman (OPT). Mengganasnya serangan hama itu disebabkan meningkatnya intensitas hujan yang membuat spora berkembang biak secara pesat.

Rincian tanaman padi yang terserang OPT itu meliputi 38,37 hektare diserang wereng, 146,4 hektare terserang hama penggerek batang, seluas 207,9 hektare terserang Xanthomonas oryzae, dan seluas 12 hektare terserang hama tikus.

Serangan hama paling masif adalah hama Xanthomonas oryzae yang bisa menyebabkan kerusakan daun padi. Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (PKP) Ikrori Hudanto melalui Kasi Perlindungan,
Pengelolaan Lahan dan Air, Ilham Juanda mengatakan, hama yang paling ditakuti petani adalah wereng dan tikus.

Walau serangan OPT mencapai ratusan hektare, tapi Ilham menilai secara umum masih aman terhadap tanaman padi. Ilham mengungkapkan, lahan tanaman padi yang terserang hama wereng tersebar di wilayah Kecamatan Singojuruh, Rogojampi, dan Licin. Tiga kecamatan itu endemi serangan wereng.

“Serangan hama wereng itu dipengaruhi pola tanam padi yang terus-menerus. Itu yang terus-menerus membuka kesempatan wereng berkembang,” jelasnya. Hama tikus banyak menyerang di Kecamatan Songgon dan Singojuruh. Sejak tahun 2014 hingga 2015 masih tergolong aman dan terkendali.

“Ledakan serangan OPT pernah terjadi pada tahun 2013 hingga 803 hektare tanaman padi ludes,” sebutnya. Untuk mengatasi hal tersebut, petani diberi bantuan pestisida melalui program pencegahan serangan hama yang digulirkan pemerintah daerah.

“Kami memiliki program Spot-Stop, yakni petani melakukan pengamatan rutin tanaman dan langsung melaporkan kepada pendamping hingga segera dilakukan eksekusi,” paparnya. Sayang, program tersebut belum berjalan efektif. “SDM petani memang rendah. Mereka masih bersifat individual. Agar efektif, gerakan tersebut harus dilakukan secara serentak,” tandasnya. (radar)