Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Anak Berkebutuhan Khusus Merangkai Puzzle Pancasila

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

anakMomentum Hari Kesaktian Pancasila diperingati dengan cara berbeda oleh siswa-siswi PAUD Cerdas Banyuwangi. Guna memupuk rasa persatuan, siswa PAUD Inklusif tersebut diminta menyusun puzzle Garuda Pancasila secara berkelompok.

RATUSAN bocah berkerumun di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sa yuwiwit, di depan kompleks Taman Ma kam Pahlawan (TMP) Wisma Raga Satria, Banyuwangi, Senin pagi ke marin (1/10). Mereka begitu ceria me nikmati rindang dan sejuknya su asana di lokasi yang banyak ditum buhi kelapa sawit tersebut. Sejurus kemudian, bocah-bo cah tersebut berbaris. Salah satu siswi didaulat memimpin rekan-re – kannya berdoa untuk para pah la wan revolusi yang gugur dalam peristiwa Gerakan 30 Sep tember (G30S/PKI).

Usai berdoa, ra tusan siswa tersebut menya nyikan lagu Garuda Pancasila. Kegiatan pagi itu diselenggarakan pihak se kolah, yak ni PAUD Cerdas, untuk mem peringati Hari Kesaktian Pancasila se tiap 1 Oktober. Setelah berdoa dan bernyanyi, siswasis wi tersebut dibagi dalam kelompokke lompok kecil. Satu kelompok terdiri atas empat sampai lima anak. Kemudian, ma sing-masing anggota kelompok duduk me ngelilingi sebuah meja kecil.

Nah, di sini nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila diperkenalkan kepada para siswa PAUD tersebut. Guna memupuk rasa persatuan, setiap kelompok ditugasi me nyusun puzzle bergambar Garuda Pancasila. Bukan hanya itu, Hari Kesaktian Pancasila itu juga dimanfaatkan pengelola PAUD Cer das untuk menanamkan rasa saling meng hormati di kalangan peserta didik. Ca ranya; tidak mengistimewakan siswa ber kebutuhan khusus.

Ya, dari jumlah siswa sekitar 187 siswa, PAUD yang satu ini menampung 18 siswa berkebutuhan khusus. Ada yang menderita autis, ada yang tuna rungu, cerebral palsy, ada juga yang gang guan mental emosional. Para siswa berkebutuhan khusus tersebut di bebaskan mau bergabung dengan kelom pok mana pun saat menyusun puzzle. Acungan jempol layak diberikan kepada bo cah-bocah tersebut. Pasalnya, mereka de ngan senang hati menerima rekannya yang menderita kekurangan itu.

Kapala PAUD Cerdas Banyuwangi, Fat mawati mengatakan, sebagai pendidik anak usia dini, pihaknya berkewajiban memper kenalkan Pancasila sebagai lambang ne gara kepada para peserta didik. Agar lam bang negara tersebut mudah diingat anak usia dini, pengenalan itu dikemas dengan cara yang menyenangkan. “Anak-anak kami beri tugas menyusun puzzle gambar Pancasila,” ujarnya. Fatmawati menambahkan, lewat pengenalan tersebut, pihaknya berharap para siswa akan mencintai Pancasila.

Dengan de mikian, pada jenjang pendidikan selanjutnya, mereka akan terus belajar lebih de tail tentang sumber dari segala sumber hu kum di Indonesia tersebut. “Setelah memahami nilai-nilai luhur Pancasila, mereka di harapkan bisa mengamalkannya,” harap nya. Perempuan berjilbab itu menambahkan, pesan yang ingin disampaikan pada lomba menyusun puzzle kemarin adalah anak-anak harus mencintai persatuan dan kesatuan. “Karena itu, mereka diberi tu gas kelompok.

Dalam satu kelompok, ada anak berkebutuhan khusus. Tidak ada se kat antara anak berkebutuhan khusus dan anak-anak lain,” paparnya. Fatmawati mengaku, setelah mengamati selama lima tahun terakhir, ada perbedaan mencolok antara perkembangan anak berkebutuhan khusus yang mengenyam pendidikan sejak usia dini dengan yang tidak. Anak berkebutuhan khusus yang me ngenyam pendidikan sejak usia dini, per kembangan sosialnya lebih baik.

Sekadar tahu, siswa PAUD yang berlokasi di jalan Kolonel Sugiyono, Banyuwangi, itu ti dak hanya berasal dari Kota Gandrung dan sekitarnya. Ada pula warga yang jarak ru mahnya mencapai puluhan kilometer (Km) dari pusat Kota Gandrung yang menyekolahkan putranya di PAUD tersebut, mi salnya warga Kecamatan Muncar. Dari 18 anak berkebutuhan khusus yang me ngenyam pendidikan di PAUD tersebut, de lapan di antaranya menderita autis, yakni kelainan perkembangan sistem saraf.

Ka rakteristik yang menonjol pada anak yang mengidap autis adalah kesulitan mem bina hubungan sosial, berkomunikasi se cara normal, dan memahami emosi serta perasaan orang lain. Selain penderita autis, dua siswa PAUD Cerdas menderita cerebral palsy (CP atau kelainan fungsi motorik). Selain itu, ada dua siswa yang menderita ke lainan traumatis, dan dua siswa menderita tuna grahita (keterbelakangan mental). Tidak hanya itu, ada pula siswa yang menderita tunarungu, low vision (gangguan penglihatan), dan jantung bocor.

Hebatnya lagi, warga kurang mampu yang me miliki anak berkebutuhan khusus dapat me nyekolahkan buah hatinya di sekolah ter sebut tanpa pusing memikirkan biaya. Ya, PAUD Cerdas memang menggratiskan bi aya pendidikan bagi semua siswa. Ka laupun ada wali murid yang bersedia membayar biaya pendidikan anaknya, pihak se k olah tidak mematok tarif alias sukarela. Yang tidak kalah menarik, di saat buah ha tinya tengah sibuk menyusun puzzle, ibu-ibu wali murid diminta menyusun lima ma cam buah dengan bentuk semenarik mungkin.

Pihak yang didaulat menjadi “juri” adalah perwakilan siswa PAUD itu sendiri. Tak ayal, masing-masing kelompok berupaya menyajikan susunan buah de ngan bentuk-bentuk menarik. Ada yang ber tema dunia laut dengan menyusun buah menyerupai ikan dan karang. Ada pula yang bertema keep smile, yakni menyajikan agaragar dan buah warna warni di atas papan.

Belakangan diketahui, lomba untuk ibu-ibu wali murid itu digelar dengan tu juan agar para siswa semakin gemar me nyantap buah. Sebab, kandungan gizi dalam buah sangat dibutuhkan anak demi menjaga kesehatan dan mendukung tum buh kembang anak. “Buah yang disusun lima jenis. Itu sesuai jumlah sila Pan casila. Tujuannya, menarik minat anak agar mengonsumsi buah, karena gizi buah sangat bermanfaat bagi anak-anak,” pungkas Fatmawati. (radar)