The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

From 3.156 Program Se-Indonesia, 4 Inovasi Banyuwangi Masuk Top 99

Photo: banyuwangikab
Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
Photo: banyuwangikab

BANYUWANGI – Empat inovasi Pemerintah Kabupaten (district government) Banyuwangi, East Java, masuk dalam jajaran Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dari total 3.156 innovation in Indonesia.

Reported from Banyuwangi, empat program tersebut adalah program Rantang Kasih, Banyuwangi Festival, Banyuwangi Mall, dan Chips.

Inovasi-inovasi tersebut telah kami kami paparkan di depan juri-juri independen,” said Banyuwangi Regent Abdullah Azwar Anas, Saturday (13/7/2019).

Tim juri independen diketuai JB Kristiadi, dengan anggota antara lain akademisi Prof Eko Prasodjo, Ketua YLKI Tulus Abadi, akademisi Wawan Sobari, praktisi Neneng Gunardi, dan praktisi komunikasi Suryopratomo.

Pemerintah selalu dihadapkan pada keterbatasan dan tantangan-tantangan, mulai soal anggaran, HR, kewenangan, hingga waktu,” said Regent Anas.

Keterbatasan dan tantangan itu, continued Regent Anas, lantas melahirkan dua hal jalan keluar, yaitu inovasi dan kolaborasi.

Inovasi dan kolaborasi banyak pihak membuat pelayanan publik bisa dilakukan dengan lebih baik,” he said.

Bupati Anas mencontohkan program Rantang Kasih yang merupakan program pemberian makanan bergizi setiap hari kepada warga lanjut usia miskin secara gratis. Totally there 3.017 warga lansia yang menjadi sasaran program tersebut.

Inovasi itu lahir dari tantangan permasalahan sosial warga lanjut usia nonproduktif. Tidak bisa dengan stimulus modal, for example, karena sudah berumur, bahkan ada lansia di atas 90 year. Maka negara hadir dengan solusi yang bersifat praktis yaitu kebutuhan makan sehari-hari,” explained Regent Anas.

Regent Anas added, dalam program Rantang Kasih, pelibatan dokter dan ahli gizi dilibatkan dengan menyupervisi makanan yang diberikan.

“For example, lansia yang punya riwayat hipertensi, tentu diberikan makanan yang rendah garam. Juga tidak boleh daging merah. Itu hasil supervisinya. Karena kalau tidak disupervisi, makanan Rantang Kasih bukannya menjaga kesehatan lansia, malah akan membuat hipertensinya kambuh,” said Regent Anas.

Innovation, sambung Bupati Anas, tentu saja tidak cukup. Maka perlu kolaborasi. Dalam program Rantang Kasih, for example, melibatkan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Banyuwangi dan dana dari pemerintah desa.

Karena dalam perkembangannya, mungkin ada lansia baru yang belum ter-cover. Atau ada laporan dari medsos. Maka kami libatkan Badan Zakat dan pemerintah desa. Jadi selain didanai APBD, juga ada keterlibatan publik, menjadi gerakan sosial yang membangun empati seluruh rakyat,” explained Regent Anas.

Kolaborasi juga dilakukan bersama warung-warung yang menjadi penyedia makanan. Warung-warung itu berada tak jauh dari lokasi rumah lansia sasaran. Para pemilik warung kini tak hanya memandang program itu secara komersial.

Warung-warung menjadikan program ini sebagai bentuk sedekah. Tak jarang mereka mengirim tambahan bonus menu harian untuk lansia di luar pagu anggaran yang ditetapkan,” said Regent Anas.

Even, said Regent Anas, ojek pengantar sering tak meminta bayaran. Mereka mengaku ini sedekah sederhana yang bisa mereka lakukan.

Dengan program pelayanan publik yang sederhana ini, kita bisa mengorkestrasi sebuah gerakan yang merekatkan hubungan antarwarga,” he added.

Program-program inovatif Pemkab Banyuwangi mendapat apresiasi Ketua Tim Juri Prof JB Kristiadi. Upaya memberi perhatian kepada warga lansia adalah inovasi yang berhasil menyentuh empati publik.

Ada keutamaan Banyuwangi, mereka mengutamakan lansia. Ini akan memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan pada mereka. Jadi biar mereka secara ekonomi mungkin kurang, tapi merasa sejahtera dan bahagia,” gelar Kristiadi yang meraih gelar doktor Administrasi Publik dari Sorbonne University, French.