Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Mengolah Gedebok Sampah Menjadi Pakan

TERBAIK: Mesin Bokhasi Maker andalan Untag Banyuwangi (kiri). Dekan FT Untag Endang S (atas).
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
TERBAIK: Mesin Bokhasi Maker andalan Untag Banyuwangi (kiri). Dekan FT Untag Endang S (atas).

Mesin bokashi maker hasil kreasi dosen dan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi meraih prestasi membanggakan. Mesin chopper dan grinder 2 in 1 itu menjadi yang terbaik tingkat nasional pada Gelar Teknologi Tepat Guna 2012 di Batam, Riau.

INSPIRASI memang bisa datang kapan pun dan di mana pun. Tidak melulu dari tempat-tempat spesial yang pernah kita kunjungi. Kehidupan masyarakat di sekeliling kita juga tak jarang mampu menyembulkan ide brilian yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Bahkan, inspirasi semacam inilah yang justru berdampak signifikan terhadap lingkungan sekitar.

Seperti itulah awal ide pembuatan bokashi maker chopper and grinder 2 in 1 oleh sejumlah dosen Fakultas Teknik Untag Banyuwangi yang berkolaborasi dengan seorang alumnus universitas yang dikenal dengan istilah “Kampus Merah Putih” tersebut. Seperti diungkapkan Dekan Fakultas Teknik Untag Banyuwangi, Endang S, ST. MT.

Dikatakan, ide pembuatan mesin bokashi maker itu berawal dari rasa prihatin terhadap banyaknya batang pohon pisang (gedebok) yang berserakan di kebun warga Banyuwangi Kebetulan, Endang dan sejumlah dosen Untag memiliki ternak. Karena itulah, tercetus ide membuat se buah mesin yang dapat mencacah (chopper) gedebok pisang yang dianggap masyarakat sebagai sampah itu menjadi pa kan ternak.

Apalagi, gedebog adalah salah satu komoditas yang memiliki kandungan serat tinggi. Dengan adanya mesin chopper, para peternak tidak lagi hanya menggantungkan pakan hewan kepada rumput hasil ngarit. Karena itu, mesin tersebut dirancang tidak hanya bisa mencacah gedebok, tapi bisa juga bisa mencacah rumput gajah, jerami, dan lain-lain.

Untuk menambah nilai-lebih mesin tersebut, akhirnya tercetus ide mengombinasikan chopper dengan penggilingan (grinder) kotoran hewan (kohe) agar dapat diolah menjadi pupuk organik. Singkat kata, akhirnya dosen tersebut memutuskan bekerja sama dengan Agus Triyono.

Sebab, Agus yang merupakan alum nus Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Untag itu memiliki mesin pencacah plastik (crusher) yang dibuat saat dia melakukan penelitian beberapa waktu lalu. Kolaborasi para dosen dan Agus ternyata berbuah manis. Mesin bokashi maker chopper and grinder 2 in 1 akhirnya terpilih mewakili Jatim dalam Gelar Teknologi Tepat Guna XIV Tahun 2012 di Kota Batam, Riau, pada tanggal 10 sampai 14 Oktober lalu.

Mesin kebanggaan Fakultas Teknik Untag itu bersanding dengan hasil karya dua perwakilan Jatim yang lain, yakni dari Universitas Muhammadiyah Malang dan Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS). Hebatnya, dalam even yang diikuti perwakilan 33 provinsi se-Indonesia tersebut, mesin bokashi maker yang dihasilkan para dosen Untag dan alumnus itu sukses meraih predikat terbaik tingkat nasional.

Menurut Endang, dibutuhkan waktu sebulan untuk melakukan riset. “Untuk pengembangan agar mesin bekerja sempurna, dibutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan,” ujarnya. Endang menjelaskan, mesin itu menggunakan penggerak Motor AC 220 Volt, 0,5 Hp setara dengan 350 Watt. Pencacahnya menggunakan pisau putar dan pisau konstan berbahan baja. “Selain gedebok pisang, mesin bokashi tersebut juga bisa mencacah rumput gajah dan jerami.

Kohe kambing pun bisa dihancurkan dan diolah menjadi pupuk organik,” paparnya. Keunggulan lain mesin bokhasi maker chopper and grinder 2 in 1 adalah irit bahan bakar lantaran menggunakan tenaga listrik. Mesin itu mampu menggiling 150 Kilogram (kg) rumput per jam. “Jika digunakan menggiling kohe, dalam satu jam mampu menghasilkan 200 Kg,” kata dia.

Endang menambahkan, mesin itu akan digunakan dalam program pengabdian masyarakat Fakultas Teknik Untag di Tahun 2013 mendatang. Dalam program tersebut, Fakultas Teknik akan menularkan pengetahuan proses fermentasi pakan ternak. “Kita ingin menyalurkan metode beternak secara modern kepada masyarakat, yakni tidak melulu mengandalkan pakan ternak hasil ngarit. Apalagi, jika mengonsumsi fermentasi rumput atau gedebok pisang, kenaikan bobot hewan ternak bisa dua kali lebih cepat,” pungkasnya. (radar)

Kata kunci yang digunakan :