Empat masih Buron
BANYUWANGI – Tidak lama setelah insiden berdarah di sebelah selatan Sasak Tambong, Satreskrim Polres Banyuwangi berhasil mengungkap otak pengeroyokan yang mengakibatkan tewasnya Sunali, 23, warga Dusun Kawang, Desa Labanasem, Kabat itu.
Dia adalah Moh Alibidin, 22, warga Dusun Krajan, Desa Pakistaji, Kabat. Sejatinya masih ada empat tersangka lagi yang bisa dijerat pasal yang sama dengan Alibidin. Namun, keempat tersangka lain yang sudah diketahui identitasnya ini berhasil kabur.
Satreskrim pun sekarang sudah memasukkan empat tersangka lainnya menjadi daftar pencarian orang (DPO) Polres Banyuwangi. Informasi yang diperoleh Jawa Pos Radar Banyuwangi, penangkapan Alibidin dilakukan pada hari yang sama peristiwa pengeroyokan tersebut, yakni Jumat (21/4), lalu.
Tersangka ditangkap Tim Resmob Polres Banyuwangi saat berada di rumahnya sebelum magrib. Setelah melalui pemerisaan panjang pasca-dipanggilnya beberapa saksi, Alibidin akhirnya mengakui dirinya merupakan pelaku pengeroyokan tersebut.
Kasatreskrim Polres Banyuwangi AKP Dewa Putu Prima Yogantara menjelaskan, dalam pemeriksaan tersangka mengaku melakukan pengeroyokan bersama empat orang temannya. ”Empat orang itu saat ini sudah masuk DPO (daftar pencarian orang) kami, identitasnya sudah kita kantongi,” ungkap istri artis FTV Kadek Devi saat ditemui di ruang kerjanya siang kemarin.
Meski sudah mengaku sebagai pelaku pengeroyokan, Abidin membantah menggunakan senjata tajam dalam pengeroyokan itu. Dia mengaku hanya menggunakan tangan kosong. Tersangka yang pernah masuk penjara atas kasus penyalahgunaan pil koplo jenis treks ini menyebutkan saat itu korban sempat terperosok ke jurang hingga akhirnya jatuh ke sungai, bukan di lempar ke sungai seperti keterangan dari orang tua Sunali.
Terkait motif pengeroyokan, menurut Dewa Yoga, tersangka mengaku keributan itu terjadi karena tersangka dan teman-temannya tersinggung setelah mendengar suara bising dari knalpot motor teman Sunali.
Sebab, teman korban saat melintas di depan rombongan pelaku bleyer-bleyer sepeda motornya. Nah, setelah ada suara bising knalpot itu, pelaku dan teman-temannya berniat memberi pelajaran kepada teman Sunali.
Korban yang mengetahui hal ini pun berniat memisah pertikaian yang terjadi. Namun, malah Sunali yang menjadi korban hingga akhirnya dia tewas. ”Pengeroyokan murni karena tersangka tersinggung dengan suara bising knalpot teman korban yang melintas di depan rombongan pelaku. Jadi, masalah muncul bukan saatmelihat kesenian jaranan,” tegas Dewa.
Hingga saat ini pihaknya masih meminta keterangan saksi lain yang mengetahui perkara ini. Pihaknya sudah menurunkan Tim Resmob untuk menangkap para pelaku lain yang masih buron. ”Tersangka kita jerat dengan pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan,” tegas perwira polisi kelahiran Bandung ini.
Seperti diketahui, Sunali tewas setelah menjadi korban pengeroyokan pada Jumat (14/4) lalu. Pengeroyokan itu terjadi setelah korban dan para pelaku melihat kesenian jaranan yang ada di selatan kantor Kecamatan Kabat.
Dalam perjalanan pulang terjadi perkelahian antara teman korban dan para pelaku. Keributan itu terjadi di depan sebuah rumah makan tepat di selatan Sasak Tambong. Melihat temannya dipukuli, korban berusaha melerai.
Namun ternyata Sunali justru menjadi bulan-bulanan, sebab teman korban yang lain berhasil kabur menjauh dari amukan para pelaku. Pengeroyokan pun masih berlanjut, sampai akhirnya Sunali terjatuh ke jurang.
Meski sempat dilarikan ke Puskesmas Gitik, namun takdir berkata lain dan Sunali pun dinyatakan tewas. (radar)