The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

OSHP Tidak Berdampak, Harga Cabai Tetap Mahal

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
Bupati Abdullah Azwar Anas didampingi Kepala Disperindag Ketut Kencana (kanan) melihat komoditas cabai rawit dan cabai merah di Pasar Banyuwangi kemarin.

Digerojok Tiap Hari, Cabai Tetap Mahal

BANYUWANGI – Harga cabai rawit mahal di daerah lain itu hal lumrah. However, ketika harga cabai melambung tinggi di Bumi Blambangan yang notabene penghasil cabai, itu tidak lazim. Until yesterday (23/1), harga cabai rawit di Pasar Banyuwangi masih berkisar di kisaran angka Rp 96.000 up to Rp 100.000 per Kilogram.

even though, harga cabai rawit di level petani masuk pada kisaran Rp 55.000 per Kg. Sungguh ironis, karena Banyuwangi dikenal sebagai daerah produsen cabai yang melimpah. Meski harga cabai rawit di level petani sekitar Rp 55.000 per Kg, harga eceran cabai rawit di Banyuwangi tetap mencekik di pasaran.

Ironi mahalnya cabai tak berhenti hanya di poin Banyuwangi sebagai produsen. Simak saja laporan resmi website Badan Pusat Statistik (BPS) Banyuwangi. Bumi Blambangan termasuk daerah dengan angka inflasi terendah di Jawa Timur (East Java).

Dalam laporan tersebut, Kepala BPS Banyuwangi Mohammad Amin meliris, Banyuwangi mengalami inflasi sebesar 0,47 persen di Desember 2016 atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) from 121,93 pada bulan November 2016 Becomes 122,50 pada bulan Desember 2016.

“Inflasi Banyuwangi bulan Desember 0,47 percent, lebih rendah dari Inflasi Jawa Timur sebesar 0,56 percent, dan lebih tinggi dari Nasional sebesar 0,42 percent. From 8 kota IHK, Banyuwangi menduduki urutan ke 4 dari bawah,he explained. The irony, salah satu faktor pemicu angka inflasi Banyuwangi adalah kenaikan harga cabai rawit.

Pemicu terbesar inflasi Banyuwangi adalah naiknya harga tiket moda transportasi kereta api. Harga cabai yang melambung jadi komoditas pemicu kedua terbesar inflasi Banyuwangi di bulan Desember 2016 then. “Kenaikan harga cabai rawit mencapai 43,57 persen dari harga normalnya. Kenaikan harga ini menyumbang andil inflasi sebesar 0,16 persen terhadap inflasi,” jelas Amin.

Meanwhile, berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meredam harga cabai yang melangit di Banyuwangi. Salah satunya dengan kegiatan Operasi Stabilisasi Harga Pasar (OSHP) di sejumlah pasar di Banyuwangi. Kepala Bulog Banyuwangi, R. Guna Dharma Nugrahawan menyebutkan, OSHP khusus cabai rawit dilakukan sejak awal bulan Januari 2017 then.

OSHP cabai rawit dilakukan di delapan titik. Rinciannya operasi pasar di lima tempat tetap dan tiga tempat mobile. “Lima tempat OSHP cabai rawit ada di depan gudang Bulog Lemahbang, gudang Bulog Wonosobo, Gudang Bulog Genteng, Gudang Bulog Ketapang I, dan gudang Ketapang II. Sedangkan yang mobile dilakukan di pasar-pasar di Banyuwangi secara bergantian,” jelas Guna Dharma.

Harga yang ditawarkan Bulog, kata Guna Dharma, untuk cabai rawit saat ini yaitu Rp 60.000 per Kg. Guna Dharma menuturkan, ada kenaikan harga cabai rawit sebesar Rp 10.000. “Harga cabai rawit yang kami tawarkan semula hanya Rp 50 thousand per Kg, sekarang menjadi Rp 60 thousand per Kg. Hal ini disebabkan oleh harga cabai rawit dari petani mengalami kenaikan,” he added.

Jumlah cabai rawit yang di distribusikan oleh OSHP kedelapan titik ini sejumlah 100 Kg per day. Guna Dharma mengungkapkan, jumlah ini akan bertambah menjadi 200 kilogram sesuai dengan permintaan masyarakat. “Cabai rawit dipasok dari Kecamatan Wongsorejo. Sudah ada petani cabai yang ditunjuk oleh Dinas Pertanian untuk menyetor cabai kepada kami. Hingga saat ini jumlah cabai rawit yang telah terjual ada 1,7 ton. 900 kilogram dari Wongsorejo, temporary 800 kilogram sisanya dikirim dari Malang dan Situbondo,he explained.

OSHP ini akan dilakukan terus sampai harga cabai di pasaran membaik. OSHP ini sudah memasuki minggu ketiga, namun harga cabai di pasaran tetap meroket. “Permasalahan harga cabai rawit yang meroket di pasaran bukan kapasitas kami, melainkan Dinas Pertanian. Namun melihat kondisi saat ini, harga cabai yang tinggi dimungkinkan disebabkan oleh curah hujan tinggi sehingga terjadi kegagalan panen, serta distribusi yang kurang meluas,"he said.

Meanwhile, Bupati Abdullah Azwar Anas turut hadir dalam operasi pasar di Pasar Banyuwangi kemarin. Anas says, OSHP diharapkan dapat memberikan informasi terhadap masyarakat luas tentang harga bahan pokok dan khususnya cabai rawit.

“OSHP ini supaya dapat menjembatani masyarakat yang merasa mahal dengan harga bahan pokok yang ada di pasar. Selain OSHP, penyebaran informasi harga bahan pokok dilakukan melalui videotron," he concluded. Secxara terpisah, Syukron, seorang petani cabai rawit di Kecamatan Wongsorejo mengaku prihatin dengan melonjaknya harga cabai.

“Cuaca ekstrem menyebabkan tanaman cabai banyak yang terserang layu dan gosong, akibatnya sekarang panen cabai merosot, only 10-15 percent. Fortunately, kami masih tertolong dengan harga cabai yang sedang naik," he explained.

Syukron mengaku, pihaknya menjual harga cabai ke pengepul cabai di Desa Bengkak, Wongsorejo District. Harga cabai tersebut juga ditentukan oleh pengepul. “Biasanya pengepul menunggu informasi dari Jakarta untuk membayar cabai rawit yang saya setor. Harga mengikuti pasar induk. Saat ini harga di pengepul berkisar Rp 60 thousand to Rp 65 thousand,"he said.

Hal yang senada diungkapkan oleh Wiji Santoso, Koordinator Balai Penyuluh Pertanian (BPP) di Kecamatan Wongsorejo. Wiji mengatakan, there is 1320 hektare lahan cabai rawit di Wongsorejo. Setiap hektare lahan cabai rawit dapat menghasilkan 6 Ton sampai 8 Ton cabai jika cuaca mendukung.

“Musim hujan yang dimulai Desember 2016 then, menyebabkan kelembaban tinggi dan kondisi ini cocok untuk per- kembangan jamur,'' he said. According to Wiji, tanaman cabai rawit yang gagal panen biasanya diserang akarnya oleh jamur Fusarium Sp.

Sehingga pertumbuhan tanaman tidak maksimal. Because of that, he said, saat ini lahan cabai hanya menghasilkan 3 Ton-5 Ton per hektare," he said. Head of the Banyuwangi Agriculture Service, Arief Setiawan, melalui Kepala Bidang Hortikultura, Eko Mulyanto menuturkan, mahalnya harga cabai rawit di pasaran disebabkan panjangnya mata rantai distribusi cabai rawit. Eko said, around 40 ton cabai rawit hampir setiap hari dikirim ke pasar induk Jakarta.

“Cabai rawit di Banyuwangi ini melimpah. Panen cabai umumnya sudah dimulai sejak bulan September lalu, dan baru pada bulan Desember 2016 dan Januari 2017 saja cuaca memburuk dan produksi menurun. Tentang masalah harga, pedagang di pasaran cenderung mengikuti harga cabai di pasar induk Jakarta.

Harga cabai di pasar induk Jakarta jelaslah mahal, rata-rata Rp 100 ribu karena panjangnya rute yang harus dilalui. Untuk menurunkan harga cabai rawit, salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah dengan memotong mata rantai tersebut," he concluded. (radar)

Keywords used :