Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Nasib Janda Kurang Diperhatikan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Ketua Koalisi Perempuan Indonesia, Mariatul Qibtiyah.

GENTENG – Angka perceraian di Kabupaten Banyuwangi, selama ini dikenal cukup tinggi. Dampaknya, jumlah para janda juga terus meningkat. Hingga saat ini, nasib mereka itu belum diperhatikan secara serius oleh Pemkab Banyuwangi.

Ketua Koalisi Perempuan Indonesia, Mariatul Qibtiyah, mengatakan pemberdayaan kepada perempuan janda,  di Banyuwang ini masih sangat minim. Baik itu yang dilakukan pemerintah maupun oleh masyarakat. “Saking minimnya, bisa dibilang belum ada,” katanya.

Selama ini, terang dia, para janda hanya didata oleh pemerintah desa. Tapi kegunaan pandataan itu, masih belum diketahui secara pasti. “Kalu pendataan sering, terus kapan akan dilakukan pemberdayaan,” ujarnya.

Merunut Qibtiyah,  pemberdayaan kepada perempuan janda, ini pernah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui program kepala rumah tangga perempuan (KRTP) di tahun 2016.

“Kalau dari pemerintah kabupaten belum ada,” cetus angota FPKB DPRD Banyuwangi itu. Sementara itu, Ketua B-Women, Lilikh Maslihah, menambahkan pemberdayaan kepada perempuan janda berbasis masyarakat dan lingkungan, saat ini masih sangat minim. Umumnya warga kurang peduli dengan janda.

Padahal kondisinya itu sangat rawan, baik segi perekonomian sosial dan keamanan. “Selain masalah ekonomi, mereka itu butuh perlindungan,” jelasnya.  Program pemberdayaan dari pemerintah, jelas dia, selama ini lebih pada penguatan ekonomi.  Sedang di penguatan sosial, masih sedikit.

“Kalau di sekolah itu ada SAS (Siswa Asuh Sebaya), mestinya juga dicanangkan untuk janda, “cetusnya. Kepala Dinas Sosial Kabupaten B anyuwangi, Peni Handayani, membenarkan jika program pemberdayaan berbasis masyarakat memang belum ada.

Tapi, bukan berarti pemerintah sama sekali tidak melakukan pemberdayaan. ” Kita pernah ada programnya, tapi untuk janda yang miskin,” terangnya. Saat ini jelas dia, program pemberdayaan masih dalam bentuk  usaha untuk perbaikan ekomoni para janda miskin. Kegiatan itu, biasanya untuk melanjutkan usaha yang telah ditekuni para janda.

“Yang di kami masih berupa bantuan untuk peningkatan ekonomi,” ungkapnya. Mengenai program pemberdayaan kepada perempuan dengan status janda di luar janda miskin, pihaknya mengakui belum ada. ” Mungkin di bagian pemberdayaan Perempuan,” katanya.

Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPP-KB) Kaupaten Banyuwangi, Muhammad Pua Jiwa,  menyampakan upaya pemberdayaan perempuan janda dilakukan di bidang ekonomi.

Salah satu sasarannya, perempuan yang ada di daerah pesisir, yaitu di kawasan Pulau Santen. “Ada 50 orang janda kita ajari membuat gantungan kinci dan sebagainya,” jelasnya. Terkait pemberdayaan  dan penguatan murni di bidang sosial dan perlindungan, diakui kalau itu memang belum ada.

“Kalau pemberdayaan di bidang sosial dan perlindungan, memang masih belum ada,” ucapnya. (radar)